Rabu, 07 Desember 2016

PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN

PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN
I.    Tujuan Praktikum

1. Mengetahui gejala penyakit tanaman
2. Mengetahui penyebab penyakit tanaman

II.    Tinjauan Pustaka
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala dan ketidakmampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang merupakan konsep timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang, patogen, dan faktor lingkungan. 1) Tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit  tergantung dari jenis tanaman   inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang perantara; 2)Pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat  mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit tumbuhan antara lain yaitu cendawan, virus, bakteri, nematode, spiroplasma dan riketsia; 3) Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air (Adinugroho, 2008).

Pengenalan jenis - jenis penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan cara percobaan di lapang pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Timbulnya penyakit dapat bervariasi tergantung dari fase pertumbuhan tanaman, musim, lokasi dan varietas. Kombinasi dari beberapa penyakit dapat terjadi misalnya kombinasi beberapa cendawan atau bahkan kombinasi dari cendawan, bakteri, dan virus (Wigenasanta, 2004).
Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik. Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik tidak parasit, tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang parasitik terdiri dari beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri, cendawan, riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Sinaga, 2003).

Penggolongan penyakit tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu penyakit abiotik dan penyakit biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi/ penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain.Patogen penyakit abiotik meliputi: suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, hujan es dan angin. Penyakit biotik adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit biotik meliputi: Jamur, Bakteri, Virus, Nematoda, Tumbuhan tingkat tinggi parasitik dan Mikoplasma (Hasna, 2012).

Tanaman yang sakit adalah tanaman yang tidak dapat melakukan aktifitasfisiologis secara sempurna, yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara umum penyakit tanamandiakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah penyakit tanamanyang disebabkan oleh mikroorganisme (mahluk hidup) yang antara lain berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan lain-lain. Sedangkan faktor abiotik antara lain pengaruh dari suhu, kelembaban, defisiensi unsur hara atau keracunanunsur hara (Mynature-faiq, 2010).

Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen, inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep ini disebut segi empat penyakit atau plant disease square(Triharso, 1996).

Gejala merupakan kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit, dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang. Gejala pada tumbuhan terbagi atas 2 macam yaitu gejala berdasarkan sifat dan bentuknya. a). gejala berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu gejala lokal (gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas biasanya dalam bentuk bercak  atau kanker, gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman) dan gejala sistemik (Kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu. gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman); b) gejala berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu gejala morfologi (gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa dan raba serta ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari  dari tumbuhan) dan gejala histologi (gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit jaringan yang sakit. Pada gejala histology terdapat tiga tipe gejala yaitu: Nekrotik, hipoplastik dan Hiperplastik (Fahmi, 2012).

Nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik terbagi atas: a). nekrosis, merupakan gejala nekrotik berupa bercak warna dan bentuk tergantung jenis penyakit, nekrosis terbagi atas tiga bagian yaitu blight, spot dan target board spot; b). klorosis, merupakan gejala berupa menguningnya bagian-bagian tanaman dari warna hijau karena rusaknya klorofil; c). hidrosis, merupakan gejala pada bagian tanaman tampak kebasah-basahan; d). layu, merupakan gejala yang timbul akibat hilangnya turgor pada daun atau tunas karena gangguan pada jaringan pengankutan atau akar, sehingga proses penguapan terjadi lebih besar dari pada pengangkutan air; e). gosong atau terbakar, merupakan gejala nekrotis yang disebabkan oleh mati atau mengeringnya bagian tumbuhan, biasanya pada daun yang disebabkan oleh faktor abiotik; f). mati ujung, merupakan matinya ranting atau cabang dari ujung meluas sampai kepangkal; g). busuk, merupakan gejalan nekrosis namun umumnya terjadi pada jaringan yang tebal seperti akar, daun yang tebal, buah dan umbi; h).  rebah semai, merupakan gejala pada tanaman muda dengan busuknya pangkal batang yang mengakibatkan tanaman rebah terbagi atas pre-emergence dumping off dan post-emergence dumping off;  i).  perdarahan atau eksudasi, merupakan gejala terjadinya pengeluaran dari suatu tumbuhan karena penyakit dengan dikenal gummosis, lateksosis, dan resinosis; j). perforasi, merupakan gejala terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel yang telah mati pada bercak nekrosis (Fahmi, 2012).

Hipoplastik merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastik terbagi atas; a).  kerdil, merupakan gejala yang ditandai dengan ukuran tanaman menjadi lebih kecil dari pada pertumbuhan biasanya karena terjadi hambatan pertumbuhan; b). klorosis, merupakan gejala terhambatnya pembentukan klorofil dari warna hijau menjadi kuning atau pucat; c). etiolasi, merupakan gejala dengan ditandai tanaman kurang mendapatkan cahaya, sehingga menjadi pucat, pertumbuhannya memanjang dan berdaun sempit; d). roset, merupakan gejala yang mendesak dengan penghambatan pertumbuhan ruas batang tetapi daun tidak terhambat (Fahmi, 2012).

Hiperplastik merupakan gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Hiperplastik terbagi atas: a). Menggulung atau mengeriting, merupakan gejala yang ditandai dengan pertumbuhan tidak seimbang dari bagian daun; b). sesidium, merupakan pembengkakan pada bagian setempat pada jaringan tumbuhan sehingga membentuk bintil; c). kudis, merupakan kenampakan sebagai bercak kasar, terbatas agak menonjol, terkadang pecah-pecah; d). erinos, merupakan gejala dengan pembentukan banyak trikomata (Fahmi, 2012).

Secara umum, langkah-langkah dalam tata kerja diagnosis penyakit tanaman adalah sebagai berikut (Bambang Purnomo, 2006) :
1) Identifikasi tanaman inang. Mudah sulitnya tanaman yang akan didiagnosis tergantung dari keadaan tanamannya. Jika tanaman memiliki bagian-bagian yang lengkap, seperti : akar, batang, bunga, buah, dan lainnya, akan lebih mempermudah diagnosis dari pada tanaman yang tidak lengkap.
2) Informasi lingkungan tempat tanaman inang tumbuh. Tanaman inang yang tumbuh di tanah datar, kebun, atau pekarangan akan berbeda sifatnya. Hal ini perlu diketahui karena akan ikut menentukan tindakan pengendalian yang direkomendasikan.
3) Pengamatan gejala-gejala di lapangan. Adanya catatan mengenai gejala yang ada di lapangan akan membantu mempermudah diagnosis.
4) Kondisi kultur teknis. Informasi tentang bagaimana tanaman yang bersangkutan dibudidayakan dapat merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan tanaman.
5) Pengamatan gejala lanjutan. Pengamatan dari dekat tanpa bantuan alat pembesar seharusnya sudah dapat menunjukan tipe penyakit yang ada, untuk lebih meyakinkan keberadaan organisme pada atau dalam tubuh tanaman dapat dibunakan alat pembesar bahkan alat-alat maupun proses lain.

III.    Metodologi
Praktikum Ilmu Penyakit Tanaman, mengenai  Pengenalan Penyakit Tanaman dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar. Pada hari Senin, 10 Oktober 2016, Pukul 16.15 WIB sampai selesai. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman bergejala penyakit, mikroskop, alat tulis.
Cara Kerja pada praktikum pengenalan penyakit tanaman adalah pada lahan tertentu carilah tanaman atau bagian tanaman yang sakit, ambil bagian tanaman tersebut, masukkan dalam plastik dengan bagian pangkal batang tertutup kapas, diagnosis penyebab penyakit, amati di bawah mikroskop jenis patogen penyebab penyakit

IV.    Hasil dan Pembahasan
 Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur. Lebih dari 250.000 spesies jamur sebagai pathogen tanaman. Hampir semua jamur dalam hidupnya pada tanaman inangnya dam sebagian dalam tanah dan sisa-sisa tanaman. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur sering dikenal dari bagian organ tanaman yang terinfeksi dan dari tipe gejala yang dihasilkan. Tipe umum penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur adalah  damping-off (rebah kecambah), root rots ( busuk akar), vascular wilt(layu pembuluh), downy dan powdery mildew, leaf spot (bercak daun) dan bligh(hawar), rust (karat), smuts(gosong), antraknosa, gall, dieback (mati ujung) dan penyakit pasca panen.
a.Jamur 
Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul organic lainnya. Umumnya berkembang biak dengan spora baiksecara seksusal maupun aseksual atau menggunakan bagian vegetative jamur. Bagian vegetative jamur umumnya berupa benang-benang halus, memanjang, bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa, dan kumpulan benang-benang hifa tersebut disebut miselium. Miselium dapat dibedakan menjadi dua tipe pokok yaitu :
1.      Miselium yang tidak bersekat (coenocytic)
2.      Miselium yang bersekat (cellular)
Didalam hidupnya, hifa-hifa tersebut dapat membentuk struktur khusus yang berfungsi tertentu, antara lain : haustorium, sklerotium, apresorium, stroma, dan alat reproduksi seperti : gametongium, sporangium dan sporangiofor, konidium dan konidiofor, klamidospora dan bermacam badan buah (apotesium, peritesium, kleistosium, aservulus, piknidium, sporodokium, koremium).
b. Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular) yang tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak dengan cara pembelahan (budding), hidup secara saprofitik atau parasitic dan memperoleh makanan dari bahan organic yang mati atau masik hidup.
Sel bakteri ada yang berbentuk bola (coccus), tongkat (bacilli) dan spiral (spirillus). Bakteri ada yang mempunyai organ untuk bergerak yang disebut flagella, dan ada pula yang tidak mempunyai flagella (atricus). Golongan yang mempunyai flagella ada yang mempunyai satu flagella pada bagian ujung sel bakteri dan disebut monotrichus (contoh : xanthomonas sp.), ada yang mempunyai seberkas flagella yang merata diseluruh permukaan tubuh disebut pritrishus,sedangkan yang mempunyai dua berkas flagella dikedua ujungnya disebut amfitrichus.
c. Virus
Virus adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari protein kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat)yang keduanya membungkus asam nukleat. Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk salah satu yaitu asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksorobonukleat (DNA). Asam nukleat virus memperbanyak diri (replikasi) dengan bantuan ribosom sel inang, mensintesis protein mantel virus dan menggunakan kemampuan sintetiknya untuk membuat cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA, kemudian penggabungan protein virus  dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel virus baru (virion).
Ada perbedaan yang luas dalam morfologi dan ukuran virus, yang sangat membantu dalam klasifikasi khususnya dalam mendeteksi virus. Pada dasarnya virus tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk spherical atau berbentuk bulat yang sering pula disebut polyhedral atau isometri, memanjang atau batang (elongate) dan bentuk benang (filament).
Ada beberapa kelompok virus :
1.      Partikel virus berbentuk isometric anatara lain tobacco necrosis virus, caulimovirus nm, reovirus tumbuhan 65-75nm, cucumovirus (contoh : cucumber mosaic virus 28-30nm).
2.      Partikel virus yang berbentuk batang memanjang antara lain : tobravirus 46-114nm dan 180-219 nm.
3.      Partikel virus berbentuk filament lentur antara lain kelompok potexvirus (potato virus x) mempunyai panjang 470-580 nm, lebar 11-13 nm, kelompok carlavirus (potato virus S) mempunyai panjang 620-700 nm dan lebar 12 nm, kelompok potyvirus (potato virus Y) kebanyakan mempunyai ukuran 11 nm dan lebar 680-900 nm, terpanjang adalah kelompok closterovirus yang sangat lentuk, mempunyai panjang 1.250-2500 nm.

Gejala Penyakit Tanaman
Gejala adalah keadaan penyakit yang merupakan perwujudan dari reaksi fisiologis dari tanaman terhadap kegiatan yang bersifat merusak yang disebabkan pathogen. Setiap penyakit pada tanaman tertentu akan memberikan gejala khusus, yang biasanya timbul dalam suatu rangkaian selama terjadinya penyakit.
Gejala yang dapat diamati secara langsung disebut juga gejala morfologis. Gejala ini dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat, atau juga dapat dirasa, dibaui, diraba. Sedangkan gejala yang hanya diamati dengan bantuan alat seperti mikroskop disebut sebagai gejala histologist.
Gejala morfologis ada tiga macam yaitu : nekrosa, hipoplasia, hyperplasia. Nekrosa adalah gejla penyakit yang disebabkan oleh protoplas yang diikuti oleh kematian sel, jaringan, organ dan seluruh tanaman. Gejala nekrotik yang timbul sebelum kematian protoplas disebut plesionekrotik. Ada tiga gejala yang termasuk dalam plesionekrotik yaitu menguning (yellowing), layu (wilting), dan hidrosis (adanya jaringan yang Nampak bening). Gejala nekrotik yang ada setelah kematian protoplas disebut holonekrotik. Gejala holonekrotik dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan tempat terjadinya, yaitu pada organ bahan penyimpanan (buah, biji, umbi dan akar). Pembusukan yang terjadi bersifat lunak atau basah disebut gejala bocor (leak), sedangkan yang kering disebut mumifikasi. Nekrosa pada jaringan tanaman yang hijau misalnya rebah kecambah (damping off), bercak (spot), bintik kecil (fleck), nekrotik pada batang dan tulang daun ( streak), nekrosa tanpa batas yang jelas karena kematian yang cepat dari seluruh tanaman atau bagian daun (hawar=blight), kematian mendadak dari kuncup yang belum membuka atau pembungaan (blast), rontoknya buah akibat nekrosis yang meluas (shelling) dan lain-lain. Nekrosa pada jaringan kayu yang sakit (bleeding).
Hipoplasia merupakan kegagalan tanaman atau organ untuk berkembang secara penuh, missal kerdil (dwarfing), kegagalan membentuk warna hijau dan hanya menghasilkan warna kuning (klorosis), daun bercorak warna hijau dan kuning ( mosaic).
Hyperplasia merupakan hasil dari perkembangan yang berlebihan baik ukuran dan warna atau juga perkembangan bagian organ yang terlalu dini secara tidak wajar, missal : pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme), perkembangan warna yang berlebihan (hiperkronik), perubahan dari jaringan dari satu bentuk menjadi bentuk lain ( metaplastik), perkembangan pucuk yang premature dan mati pucuk (proleptik).

Diskribsi penyakit tanaman

Penyakit busuk lunak pada wortel (Daucus carota) disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora sub-sp. caratovora atau Erwinia carotovora sub-sp. Atroseptica ini dengan  timbulnya cairan-cairan pada bagian luka. Luka luka itu berkembang dengan cepat dan meyebabkan pembusukan atau pembekuan yang luas pada jaringan-jaringan yang diserang atau dirusak, sehingga tanaman yang diserang menjadi roboh. Penyakit sering kali bermula dari bagian tanaman yang dekat dengan permukaan tanah. Pada wertel biasanya penyakit dapat diketahui karena adanya layu pada bagian-bagian tanaman yang terdapat atas permukaan tanah.
 Pengendalian yang dapat mencegah dari perkembangbiakan serangan bakteri terhadap penyakit busuk basah wortel adalah a). Sanitasi, dengan menjaga kebersihan area tanaman dari sisa-sisa tanaman yang sakit sebelum penanaman; b). Melakukan penanaman dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat untuk menghindari kelembaban yang tinggi, terutama pada musim hujan; c). Menghindari pelukaan pada tanaman saat pemeliharaan; d). Pengendalian untuk pasca panen dapat dilakukan dengan mencuci wortel dengan air yang mengandung chlorine atau dapat menggunakan boraks, mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan dalam ruangan yang cukup kering dengan ventilasi yang sesuai atau cukup, sejuk dan difumigasinya sebelumnya.

Penyakit sapu pada kacang panjang (Vigna sinensis) disebabkan oleh virus Cowpea Witches-broom Virus / Cowpea Stunt ditandai dengan pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk “sapu”. Penyakit ditularkan kutu daun. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, daun-daun mengecil dan melengkung ke bawah, warna daun menjadi lebih tua. Ruas-ruas batang menjadi sangat pendek dan pada ketiak berkembang tunas-tunas, sehingga apabila diamati terlihar seperti sapu. Tanaman yang terinfeksi pada umumnya dapat membentuk bunga, tetapi tidak dapat membentuk buah.
Penyakit Kudis pada umbi Kentang (Solanum tuberosum) disebabkan oleh bakteri Streptomyces scabies. Tanaman yang terserang kudis tidak menunjukkan gejala dari luar. Umbi sakit bergejala sisik-sisik dan bisul-bisul bergabus pada permukaannya. Jaringan yang terdapat di bawah permukaan umbi bergejala biasanya berwarna agak kecokelatan. Umbi yang berkudis pada umumnya juga lebih cepat busuk. Cendawan ini umumnya menginfeksi umbi muda melalui lentisel yang belum mengalami suberisasi (penggabusan).

Streptomyces scabies adalah bakteri yang mirip fungi berbentuk filamentous (benang) dan morfologinya sangat berbeda dengan fungi. Filamentous secara bertahap akan menginduksi spora melalui fragmen. Diameter vegetatif filamentous bakteri ini lebih kecil dibandingkan fungi ± 1 mm dan tidak mempunyai nucleus, menghasilkan thaxtomins (phytotoxins) yang berhubungan dengan perkembangan penyakit yaitu menginduksi gejala penyakit yang namanya hypertrophysel dan kematian sel. Penyebab penyakit bertahan dalam tanah dan menyerang pertanaman selanjutnya. Penyebaran jarak jauh dilakukan oleh umbi-umbi sakit. Infeksi terjadi melalui lentisel, stomata atau luka. Umbi-umbi muda lebih peka terkena infeksi. Suhu tanah di bawah 20 °C, kelembaban tanah rendah dan pH lebih besar dari 5,2 akan mengurangi serangan penyakit. Penyakit hanya menyerang umbi, dengan gejala awal berupa bercak yang kecil berwarna kemerah-merahan sampai kecoklat-coklatan. Bercak makin lama makin luas serta bergabus dan sedikit menonjol (Gambar 34). Luka berkembang dengan beberapa tipe, baik di permukaan atau di dalam umbi, serta pembengkakan. Luka – luka tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang berlainan, tetapi biasanya bundar dan berdiameter tidak lebih dari 10 mm. Luka-luka ini dapat bergabung satu sama lain sehingga seluruh permukaan umbi retak-retak. Akar-akar serabut dapat juga terserang.

   Pengendalian penyakit Kudis pada umbi Kentang (Solanum tuberosum) adalah 1) Mengusahakan tumbuhan slalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi kebutuhan zat haranya; 2) Mengusahakan lingkungan yang bersih; memperhatikan tumbuhan sesering mungkin sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin; 3) Sterilisasi tanah dengan panas; 4) Perlakuan tanah (fumigasi); 5) Pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida

Penyakit huanglongbing (HLB) / CVPD (citrus vein phloem degeneration) pada jeruk (Citrus sp.) disebabkan oleh  bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus (CLas). Pada tanaman yang baru mulai menderita CVPD, salah satu cabangnya akan tampak menguning. Daun pada cabang tersebut tampak berbelang-belang hijau-kuning secara tidak simetris antara bagian kanan dan kiri tulang daun utama . Daun-daun kemudian akan mempunyai tulang daun yang lebih tebal dan ber-gabus, bagian daun menguning yang semakin mencakup seluruh permuka-an daun, serta daun menjadi lebih kaku, tumbuh lebih tegak, dan kadang-kadang berbentuk tidak normal. Lama kelamaan, daun gugur dan cabang menjadi tumbuh meranggas, tanaman tampak tumbuh merana, sebelum akhirnya tanaman mati. Tanaman bergejala dengan dugaan penyakit huanglongbing di lapangan memiliki tajuk yang kurang rimbun dan cenderung menyempit secara vetikal, dengan daun berwarna kekuningan kusam dan berukuran lebih kecil secara nyata dibandingkan dengan tanaman yang tidak bergejala. Gejala tersebut menyerupai gejala kekurangan hara. Gejala kekurangan hara seperti Fe dan Zn akan mempengaruhi tajuk tanaman jeruk. Gejala kekurangan unsur mikro Fe pada tanaman jeruk berupa pengurangan ukuran tajuk, karena daun menjadi kecil dan lebih cepat gugur. Gejala kekurangan Zn dapat juga menyebabkan tajuk tanaman menjadi lebih kecil karena daun yang menjadi menjadi kecil, runcing, dan tegak.
Pengendalian huanglongbing melalui : penggunaan bibit bebas penyakit,eliminasi tanaman sakit di lapangan, pengendalian serangga penular, dan karantina. Apabila melihat statistik peningkatan produktivitas jeruk nasional dari sekitar 8 t/ha menjadi 20 t/ha selama periode 1985-2009 maka upaya pengendalian ini dapat dinyatakan berhasil. Meskipun capaian ini cukup menggembirakan, bila dibandingkan dengan ratarata produktivitas negara penghasil jeruk di Asia, ratarata produktivitas nasional masih tergolong rendah. Pengembangan agroindustri jeruk nasional saat ini masih menghadapi berbagai masalah, di antaranya pengaruh dampak perubahan iklim dan masih luasnya insiden penyakit huanglongbing. Selain berdampak pada tingginya angka kematian tanaman, huanglongbing juga memperpendek umur produktif tanaman, menurunkan produktivitas dan kualitas produk yang pada gilirannya akan memperlemah daya saing dan kemampuan memenuhi kebutuhan.

Penyakit bulai pada jagung (Zea mays L.) disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis. klorosis daun, diikuti dengan goresan putih pada daun. Daun juga bisa memiliki warna putih, pertumbuhan berbulu halus di bagian bawah helai daun. Putih bergaris pada daerah daun akan menjadi nekrotik dari waktu ke waktu, yang membuat seperti daun robek. Pada kematian tanaman, struktur reproduksi tidak membentuk dengan benar atau tidak membentuk sama sekali. Hal ini menyebabkan tanaman steril. Tanaman jagung yang terserang penyakit bulai sejak umur muda sekitar (10-15 HST), maka akan terjadi infeksi yang sistemik dan intensitas serangan berat, sehingga dapat menyebabkan kegagalan panen. Gejala lainnya adalah tanaman akan terhambat pertumbuhannya, termasuk pembentukan tongkol, bahkan sama sekali tongkol jagung tidak terbentuk. Selanjutnya daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun mengalami sobek-sobek.
Pengendalian penyakit bulai yang paling ideal adalah menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang baik, murah, ramah terhadap lingkungan, mudah dilakukan, dan dapat dipadukan dengan komponen pengendalian lainnya . Meskipun sudah dilakukan cukup lama, varietas yang tahan terhadap penyakit bulai juga tidak terlalu banyak. Upaya perakitan tanaman jagung yang tahan terhadap penyakit bulai melalui penyaringan plasma nutfah dan persilangan, dihadapkan pada kendala sumber daya genetik yang terbatas dan lamanya proses perakitan.
 Penyakit karat daun pada kopi (Coffea sp.) disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B. et Br. Gejala awal penyakit karat daun terlihat sebagai bercak berwarna kuning muda pada permukaan bawah daun yang berubah menjadi kuning tua. Bercak tersebut pada mulanya berbentuk bulatan kecil bergaris tengah + 0,5 cm. Selanjutnya bercak-bercak yang berdekatan akan menyatu, sehingga ukurannya menjadi besar dan bentuknya tidak teratur, diameternya dapat mencapai 5 cm. pada bercak ini terbentuk tepung yang asalnya berwarna kuning/jingga berubah menjadi putih karena adanya jamur hiper parasite pada uredospora. Penyakit ini dapat mengakibatkan daun yang terserang gugur sebelum waktunya (premature). Serangan yang berat dapat menyebabkan daun rontok, cabang/ranting mati dan akhirnya tanaman mati.Uredospora merupakan alat penularan dan penyebaran penyakit karat daun. Uredospora mengadakan infeksi melalui stomata pada daun. Penularan penyakit melalui media air, angin, peralatan pertanian, dan kontak yang lain.
Gangguan penyakit ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tapi juga menurunkan hasil biji kopi. Meluasnya bercak pada daun sebagai tanda berkembangnya penyakit, menyebabkan area fotosintesis berkurang secara signifikan yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan tanaman. Banyaknya daun yang gugur sebagai gejala lanjut dari penyakit ini menyebabkan jumlah bunga yang terbentuk berkurang, yang berdampak pada turunnya jumlah biji kopi yang dihasilkan. Tanaman lain sebagai inang H. vastarix belum diketahui. Jamur ini membentuk urediospora pada daun kopi, sedangkan urediospora ini dapat menginfeksi kopi lagi tanpa melalui tanaman inang perantara. H. vastatrix bersifat parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup. Patogen ini juga diketahui memiliki banyak ras fisiologi yang berbeda patogenisitasnya terhadap jenis dan varietas kopi tertentu. Penyebaran penyakit melalui urediospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelelembapan. Spora yang telah matang dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung udara.

Pengendalian Penyakit Karat Daun dikendalikan dengan metode secara hayati dan kimiawi. Metode Hayati dengan  petani bisa menggunakan varietas-varietas unggulan. Varietas yang dimaksud berasal dari kopi berjenis arabika yang memang sudah teruji kualitasnya. Beberapa varietas unggulan kopi arabika di antaranya S 333, S 288, dan S 795. Diharapkan varietas-varietas kopi arabika tersebut mempunyai daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik. Metode Kimiawi pemberantasannya dilakukan memakai fungisida yang tepat. Fungisida yang dapat diandalkan utamanya mengandung bahan tembaga atau fungisida golongan sistemik. Di antaranya yaitu Copper sandoz, Cupravit, Cobox, Vitigran blue, Trademefon, Bayleton 250 EC, dan Dithane M-45. Harus diperhatikan bahwa pengaplikasian fungisida tersebut perlu diterapkan sesuai anjuran pada masing-masing kemasan.

Penyakit bercak daun coklat pada ketela pohon (Manihot esculenta) disebabkan oleh jamur Cercospora heningsii. Gejala : Pada daun terdapat bercak kebasah-basah dengan bentuk tidak teratur, bersudut-sudut (angular) dikelilingi oleh daerah bewarna hijau tua .Gejala yang meluas dengan  cepat dan warna bercak menjadi coklat muda, mengkriput dan menyebabkan daun layu yang selanjutnya daun rontok. Tanam yang terserang masih mampu membentuk tunas baru akan tetapi tunass ini pun terserang juga sehingga ikut mati. Jaringan epidermis batang muda yang terinfeksi sering pecah dan pada cuaca yang lembab dapat mengeluarkan getah (gum) yang mengandung bakteri yang kemudian batang yang terserang akan mengering dan mati. Pada pengamatan penampang melintang batang yang terinfeksi akan tampak bahawa berkas pembuluh berwarna coklat dan terjadi nekrosis dan terlihat garis-garis pada penampang membujur. Selain dari batang getah yang terdiri dari massa bakteri sering keluar dari bercak, terutama pada permukaan dau dan sekitar tulang daun. Biasanya gejala akan timbul setelah 11-13 hari setelah infeksi.

Penyakit bercak daun (Pestalotia) pada jambu biji (Psidium guajava) disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis psidii (Pat) Mordue. atau Cercospora psidii. Cendawan Cercospora psidii menyebabkan gejala bercak putih. Gejala awal berupa bercak bulat, kurang teratur bentuknya, dan berwarna merah kecokelatan. Bagian tengah bercak berwarna putih. Bercak yang bersatu membentuk bercak yang lebih besar berwarna putih yang dibatasi oleh halo kecokelatan. Gejala penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Pestaloiopsis psidii selain menyebabkan bercak pada daun juga menyerang buah dan mengakibatkan kanker buah.

Penyakit bintil daun (Cecidia) pada mangga (Mangifera indica) disebabkan oleh hama bintil daun Procantarinia matteiana (Diptera : Cecido-myidae). Menyerang daun Mangga. Terlihat gejalanya pada daun yang menjadi coklat, hijau, dan kemerahan. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut: a). Pucuk tanaman yang sudah terserang harus segera dipangkas dan dibakar supaya kutu, nimfa dan telur mati; b). Tanaman disemprot dengan insektisida sistemik yang bisa menyusup ke jaringan daun, misalnya menggunakan Elsan 60 EC Dan Nuvacron 20 EC dan dapat menggunakan insektisida sistemik yaitu teknik 10G, Curater 3G, dan furadan 3G. Insektisida ini dimasukkan ke dalam tanah di dekat akar agar bisa dihisap akar untuk diedarkan ke daun. Jika larva menghisap cairan daun, tentu akan mati keracunan; c). Penyemprotan dengan insektisida kontak, hasilnya akan kurang memuaskan karena tidak bisa menembus perisai yang melindungi kutu; d). Penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.

Penyakit hawar daun padi (Oryza sativa) disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae dan Xanthomonas campestris pv oryzicola. Sel bakteri hawar daun masuk ke dalam jaringan tanaman melalui pori-pori atau stomata pada daun, atau lewat celah/retakan yang terjadi akibat pertumbuhan tanaman, seperti munculnya akar. Setelah masuk ke jaringan tanaman, bakteri lalu memperbanyak diri atau tumbuh, kemudian menyerang sistem vaskuler tanaman. Cairan yang mengandung bakteri akhirnya keluar ke permukaan daun pada daerah yang terbentuk lesi/luka. Pada helaian daun, cairan bakteri akan terlihat seperti embun susu.Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawa (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan hama penggerek batang pada tenaman fase vegetatif umur 1-4 minggu setelah tanam. Mula-mula pada tepi atau bagian daun yang luka tampak garis bercak kebasahan, kemudian berkembang meluas, berwarna hijau keabu-abuan, seluruh daun keriput, dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Gejala yang khas adalah penggulungan helaian daun dan warna daun menjadi hijau pucat atau ke abu-abuan.

Pada tanaman dewasa umur lebih dari 4 minggu setelah tanam, penyakit hawar daur bakteri menimbulkan gejala hawar (blight). Gejala diawali berupa bercak kebasahan berwarna keabu-abuan pada satu atau kedua sisi daun, biasanya dimulai dari pucuk daun atau beberapa sentimeter dari pucuk daun. Bercak ini kemudian berkembang meluas ke ujung dan pangkal daun dan melebar. Bagian daun yang terinfeksi berwarna hijau keabu-abuan dan agak menggulung, kemudian mengering dan berwarna abu-abu keputihan. Pada tanaman yang rentan, gejala ini terus berkembang hingga seluruh daun menjadi kering dan kadang-kadang sampai pelepah. Pada pagi hari saat cuaca lembap dan berembun, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan bercak berupa cairan berwarna kuning dan pada siang hari setelah kering menjadi bulatan kecil berwarna kuning. Eksudat ini merupakan kumpulan massa bakteri yang mudah jatuh dan tersebar oleh angin dan gesekan daun. Percikan air hujan menjadi pemicu penularan yang sangat efektif.

Gejala kresek maupun hawar dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering. Pada varietas rentan, gejala menjadi sistemik dan mirip gejala terbakar. Apabila penularan terjadi pada saat tanaman berbunga maka gabah tidak terisi penuh bahkan hampa. Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit tanaman padi yang sangat penting di negara-negara penghasil padi di dunia, termasuk di Indonesia. Di
Indonesia, keberadaan penyakit HDB dilaporkan sejak tahun 1950an pada tanaman padi muda di daerah Bogor dengan gejala layu. Pada awalnya penyakit ini dinamai kresek dan patogennya dinamai Xanthomonas kresek. Pengembangan varietas unggul berdaya hasil tinggi tetapi rentan HDB seperti varietas IR64 menyebabkan penyakit ini berkembang dan menyebar ke seluruh sentra produksi padi, terutama di Jawa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), yang dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan, mulai dari pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun dengan cara melalui luka daun atau melalui lubang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun, sehingga menurunkan kemampuan tanaman untuk berfotosintesis. Apabila hal ini terjadi pada fase generatif maka proses pengisian gabah kurang sempurna.

Penyakit layu pada tomat (Solanum lycopersicum) disebabkan oleh bakteri Pseudomonas (eks. Ralstonia) solanacearum, jamur Fusarium spp. atau Verticillium alboatrum. Layu karena bakteri  Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu bakteri atau penyakit lender  pada tanaman. Karakteristik  bakteri ini adalah:
1.    Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel
2.    Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang biak pada keadaan tanah yang lembab,
3.    Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena pemindahan bibit, ketika pembumbunan, luka karena gigitan serangga, luka karena tusukan nematoda, dan ternyata bakteri ini juga dapat menginfeksi tanaman melalui luka-luka pada daun.
4.    Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung dan lebih dari 140 jenis tanaman terutama yang termasuk dalam keluarga Solanaceae.
5.    Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa hari tanaman akan mati.
6.    f.   Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat menyebabkan perubahan warna pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang dipotong (melintang) atau dibelah.  Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau ditandai dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluhnya biasanya menjadi berwarna coklat dan perubahan warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke empulur.   dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
7.    Umumnya pertama kali gejala terlihat pada tanaman yang berumur kurang lebih 6 minggu.  Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya dimulai dari daun-daun muda (ujung).  Terkadang kelayuan tidak terjadi dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian yang layu daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman menjadi mati.
8.    Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut  dimasukkan ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan bakteri.
Daur hidup Fusarium oxysporum mengalami fase pato-genesis dan saprogenesis. Pada fase patogenesis, jamur hidup sebagai parasit pada tanaman inang. Apabila tidak ada tanaman inang, patogen hidup di dalam tanah sebagai saprofit pada sisa tanaman dan masuk fase saprogenesis, yang dapat menjadi sumber inokulum untuk menimbul-kan penyakit pada tanaman lain. Penyebaran propagul dapat terjadi melalui angin, air tanah, serta tanah terinfeksi dan terbawa oleh alat pertanian dan manusia.
Penyakit virus kuning / bulai pada cabai (Capsicum annuum) disebabkan oleh Gemini Virus. Gejala Gemini Virus Tanaman yang terserang gemini virus secara umum gejala-gejala yang dapat diamati adalah helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Pengamatan lapang menunjukkan pertanaman cabai merah yang 100% terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.

Variasi gejala yang mungkin timbul pada cabai adalah sebagai berikut:
• Tipe -1. Gejala diawali dengan pucuk mengkerut cekung berwarna mosaik hijau pucat, pertumbuhan terhambat, daun mengkerut dan menebal disertai tonjolan berwarna hijau tua.
• Tipe-2. Gejala diawali dengan mosaik kuning pada pucuk dan daun muda, gejala berlanjut pada hampir seluruh daun menjadi bulai.
• Tipe-3. Gejala awal urat daun pucuk atau daun muda berwarna pucat atau kuning sehingga tampak seperti jala, gejala berlanjut menjadi belang kuning, sedangkan bentuk daun tidak banyak berubah.
• Tipe-4. Gejala awal daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan, gejala berlanjut dengan seluruh daun berwarna kuning cerah, bentuk daun berkerut dan cekung dengan ukuran lebih kecil, serta pertumbuhan terhambat.

Penyakit mosaik pada kacang panjang (Vigna sinensis) disebabkan oleh virus Bean common mosaic virus (BCMV) yang terbawa benih kacang panjang. Gejala infeksi BCMV pada tanaman kacang panjang berupa daun berwarna kuning terang, penebalan pada tulang daun, dan permukaan daun tidak rata akibat pertumbuhan urat daun tidak sebanding dengan pertumbuhan helaian daun. Gejala infeksi BCMV yang lain berupa mosaik berupa lepuhan, pola warna kuning dan hijau pada daun, malformasi daun, daun menggulung, tanaman menjadi kerdil, dan polong serta biji yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman sehat.

Tanaman yang terinfeksi virus pada umur tanaman yang berbeda akan menunjukkan respons yang berbeda. Semakin muda tanaman diinfeksi virus, insidensi penyakit semakin tinggi, periode inkubasi menjadi lebih singkat, dan distirbusi virus semakin cepat. Belum banyak informasi terkait efisiensi BCMV terbawa benih kacang panjang, sedangkan insidensi penyakit mosaik kacang panjang akibat infeksi BCMV masih tinggi di lapangan. Tingginya insidensi BCMV di lapangan diduga disebabkan oleh tingginya BCMV terbawa benih. Oleh karena itu penelitian bertujuan menentukan pengaruh infeksi BCMV pada umur tanaman berbeda terhadap efisiensi BCMV terbawa benih serta pengaruhnya pada pertumbuhan vegetatif dan produksi kacang panjang.

V.    Kesimpulan
1.    Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit.
2.    Penyakit pada tanaman biasanya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
3.    Gejala morfologi (gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa dan raba serta ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari  dari tumbuhan) dan gejala histologi (gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit jaringan yang sakit. Pada gejala histology terdapat tiga tipe gejala yaitu: Nekrotik, Hipoplastik dan Hiperplastik.
4.    Nekrotik terbagi atas: a). nekrosis, b). klorosis c). hidrosis, d). layu, e). gosong atau terbakar, f). mati ujung, g). busuk, h).  rebah semai, i).  perdarahan atau eksudasi, j). perforasi. Hipoplastik terbagi atas; a).  kerdil, b). klorosis, c). etiolasi, d). roset. Hiperplastik terbagi atas: a). Menggulung atau mengeriting, b). sesidium, c). kudis, d). erinos.



DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit (http://konsep-timbulnya-penyakit.pdf). Diakses pada tanggal 27 November 2016.

Bambang Purnomo, 2006. DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN : Proses Terjadinya Penyakit Tumbuhan.

Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman. (http://kickfahmi.blogspot.com). Diakses pada tanggal 27 November 2016.

Hasna, qomatul. 2012. Penggolongan Penyakit Tumbuhan (http://planthospital.blogspot.com). Diakses pada tanggal 27 November 2016.

Mynature-faiq. 2010. Pengenalan penyakit tanaman pangan. http://mynature-faiq.blogspot.com/2010/07/pengenalan-penyakit-tanaman-pangan.html. diakses 27 November 2016.
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar