ANALISIS VEGETASI GULMA
I. Tujuan Praktikum
1. Memperoleh gambaran secara
langsung mengenahi hubungan di dalam penyebaran pertumbuhan gulma pada suatu
lahan.
2. Memperoleh
gambaran jenis gulma utama yang harus dikendalikan.
3. Menentukan
cara pengendalian gulma yang efektif dan efisien pada lahan pengamatan.
II.
Tinjuan Pustaka
Gulma
ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin
berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan.
Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai
gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan
sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh
secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Dalam pertanian gulma tidak dikehendaki karena (a) menurunkan produksi
akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang
tumbuh; (b) menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian
gulma; (c) mengeluarkan senyawa alelopati (zat penghambat pertumbuhan) yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman; (d) menjadi inang bagi hama dan patogen
yang menyerang tanaman; (e) mengganggu tata-guna air; dan (f) secara umum
meningkatkan biaya usaha tani (Jumin, 1991).
Gulma
dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun
sempit atau jenis gulma rumput- rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil
disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang
berasal dari golongan teki- tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Daun
gulma daun lebar dibentuk pada meristem apikal yang sangat sensitif pada
senyawa kimia. Stomata pada daun gulma daun lebar banyak terdapat pada daun
bagian bawah yang memungkinkan cairan herbisida dapat masuk. Gulma daun lebar
memiliki bentuk daun yang lebih luas, sehingga luas permukaan daun yang kontak
dengan senyawa limbah sagu lebih besar. Gulma daun sempit berkedudukan vertikal
dan memiliki luas permukaan daun lebih kecil. Analisis vegetasi gulma
menunjukkan bahwa gulma daun sempit merupakan gulma yang dominan dibandingkan
gulma daun lebar. Hal ini disebabkan karena gulma daun sempit umumnya
bereproduksi secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang mampu bertahan di
dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik (Syakir, 2008).
Pengamatan
komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis gulma
yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah
percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan
(NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma
dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas
sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies
yang lain. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma
dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama,
alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Mas’ud,
2009).
Pengamatan populasi gulma pada
suatu lahan yang sangat luas sulit dilakukan secara menyeluruh, karena
terbatasnya waktu, tenaga dan dana. Untuk itu dilakukan pengambilan
sampel. Pengambilan sampel harus dapat mewakili atau menggambarkan
populasi yang beragam (Triharso, 1996).
Ada 4
macam cara pengambilan sampel dari lahan, yaitu:
1. Pengambilan sampel secara
langsung
2. Pengambilan sampel secara
acak tidak langsung
3. Pengambilan sampel
bertingkat
4. Pengambilan sampel secara
beraturan
Cara pengambilan
sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil yang lebih mewakili
kondisi lapangan yang diamati. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak
rendah misalnya, digunakan metode garis (line intercept),
untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping),
digunakan metode titik (point intercept), dan untuk
suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual
estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneiliti yang sudah
berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi,
dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/
keadaan, seperti peta, lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain
sebagainya (Tjitrosoediro, 1984).
Pada dasarnya data yang diperoleh
dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu data
kualitatif dn data kuantitaif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana
suatu jenis tumbuhan tersebar dalam kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan
lain sebagainya; sedang data kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat
basah/ kering suatu jenis, luas daerah yang ditumbuhinya. Data
kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh di lapangan,
sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar
pengalaman yang luas atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoediro,
1984).
III. Metode Praktikum
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Ilmu Gulma, mengenai Kompetisi dilaksanakan di Bandongan, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal 19 September 2016, Pukul 16.00 WIB sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Praktikum Ilmu Gulma, mengenai Kompetisi dilaksanakan di Bandongan, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal 19 September 2016, Pukul 16.00 WIB sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sasak dari bamboo untuk
mengepres gulma dalam membuat herbarium,
penggaris, meteran, pensil, tali rafia, blok note,patok bambu,label,
kantong plastic putih, spidol
permanen, kertas buram, pisau,
gunting.
3.3
Cara
Kerja
1.
Melakukan survei pendahuluan
pada areal yang akan diteliti secara keseluruhan sehingga diperoleh
gambaran umum mengenai jenis dan
menyebarannya.
2.
Buatlah petak-petak kwadrat
atau plot ukuran 1 x 1 m secara :
a. Secara acak
b. Secara
tersebar merata dengan jarak yang sama
c. Secara
mengikuti arah berdasarkan penyebaran gulma yang telah ditentukan.
d. Secara
stratified random sampling.
3.
Catat dan hitunglah jumlah spesies dan jumlah individu dari masing - masing plot. Serta
cever (penutup ) setiap spesies gulma pada masing - masing plot.
4.
Dalam penghitungan
masing – masing gulma dipakai ketentuan sbb :
a. Suatu
individu yang berada pada batas petak dihitung satu individu apabila lebih dari
separuh bagian – bagian tanaman berada dalam petak.
b. Untuk
gulma yang berkelompok, maka tiap kelompok dihitung satu individu
c. Untuk
gulma yang membentuk rumpun, bila dalam sampling terjadi pemisahan maka masing
– masing individu yang lengkap bagian bagiannya dihitung satu individu
5.
Buatlah herbarium dengan kertas
ukuran 22 x 33 cm untuk setiap spesies gulma kemudian supaya dijilid untuk satu
kelompok.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Tabel
Pengamatan
a.
Tabulasi hasil pengamatan
No
|
Nama Spesies
|
No plot
|
|||||
1
|
2
|
3
|
|||||
∑ individu
|
Cover herba
|
∑ individu
|
Cover herba
|
∑ individu
|
Cover herba
|
||
1
|
Alternanthera sessillis
|
9
|
45
|
2
|
15
|
0
|
0
|
2
|
Centella asiatica
|
51
|
40
|
3
|
5
|
5
|
15
|
3
|
Elephantopus mollis
|
52
|
10
|
40
|
65
|
18
|
25
|
4
|
Commelina diffusa
|
7
|
5
|
4
|
10
|
3
|
5
|
5
|
Achyranthes aspera
|
6
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
3
|
6
|
2
|
30
|
4
|
10
|
b.
Tabulasi nilai mutlak
No
|
Nama Spesies
|
Plot
|
Jumlah
|
Dominasi
mutlak
|
Kedapatan
|
||
1
|
2
|
3
|
|||||
1
|
Alternanthera
sessillis
|
9
|
2
|
0
|
11
|
3,67
|
2 x
|
2
|
Centella asiatica
|
51
|
3
|
5
|
59
|
19,67
|
3 x
|
3
|
Elephantopus mollis
|
52
|
40
|
18
|
110
|
36,67
|
3 x
|
4
|
Commelina diffusa
|
7
|
4
|
3
|
14
|
4,67
|
3 x
|
5
|
Achyranthes aspera
|
6
|
0
|
0
|
6
|
2
|
1 x
|
6
|
3
|
2
|
4
|
9
|
3
|
3 x
|
c.
Tabel ringkasan analisis hasil
perhitungan
No
|
Nama Spesies
|
∑ individu
|
∑ berapa kali
terdapat
|
Kerapatan
relatif
|
Frekuensi
relatif
|
Dominasi
|
Dominasi
relatif
|
1
|
Alternanthera
sessillis
|
11
|
2 x
|
4,93 %
|
10,52 %
|
3,67
|
4,84 %
|
2
|
Centella asiatica
|
59
|
3 x
|
26,45 %
|
15,78 %
|
19,67
|
26,45 %
|
3
|
Elephantopus mollis
|
110
|
3 x
|
49,32 %
|
15,78 %
|
36,67
|
49,32 %
|
4
|
Commelina diffusa
|
14
|
3 x
|
6,27 %
|
15,78 %
|
4,67
|
6,28 %
|
5
|
Achyranthes
aspera
|
6
|
1 x
|
2,69 %
|
5,26 %
|
2
|
2,69 %
|
6
|
9
|
3 x
|
4,03 %
|
15,78 %
|
3
|
4,03 %
|
Gulma
merupakan tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya, atau disebut juga tanaman
atau tumbuhan yang manfaatnya lebih sedikit dibandingkan dengan kerugian yang
diakibatkan pada lahan yang sedang diusahakan. Pada dasarnya gulma
didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan
menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia. Gulma tumbuh pada pada
tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara
langsung atau tidak langsung merugikan. Pengaruh negatif gulma yang penting
adalah mempunyai daya kompetisi yang tinggi, sebagai inang penyakit atau
parasit, mengurangi mutu hasil peertanian, dan menghambat kelancaran aktivitas
pertanian.
Konsepsi
dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk
mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian
gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi
vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya,
digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak
dengan vegetasi tumbuh menjalar (cpeeping) digunakan metode titik (point
intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup
waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh
peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi,
tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta
fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang
tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi. Pengamatan
gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR
(Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi.
Dalam
mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau
seluruh cara- cara ini:
1. Membandingkan gulma tersebut
dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2. Konsultasi langsung, dengan
para ahli di bidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci
identifikasi.
4. Membandingkannya dengan
determinasi yang ada.
5. Membandingkannya dengan
ilustrasi yang tersedia.
Adapun
manfaat gulma yaitu Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal
bahan organik,Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi, Bahan penutup tanah
dalam bentuk mulsa, Sebagai media penanaman jamur merang, Sebagai bahan
obat tradisional, Sebagai bahan makanan atau sayuran, Sebagai tanaman hias dan
bahan kerajinan.
Metode
analisis yang digunakan yaitu menggunakan alat Square Method atau metode
Kuadrat yaitu dengan menggunakan sebuah alat berbentuk persegi sama sisi dengan
panjang sisi 50cm x 50cm. Sampel diambil dengan cara melemparkan alat Square
Method ke tanah atau lahan yang ditumbuhi gulma, selanjutnya seluruh gulma yang
terdapat dalam alat dicabut hingga bersih kemudian dianalisis untuk mengetahui
jenis dari gulma tersebut. Pada analisis ini digunakan buku deskripsi gulma
untuk membantu memudahkan dalam mengidentifikasi nama gulma dengan
membandingkan ciri- ciri morfologi gulma dengan gambar yang ada dalam buku
deskripsi gulma.setelah selesai gulma dicuci untuk membersihkan kotoran yang
menempel pada bagian tanaman dan dikering anginkan yang kemudian dikeringkan
untuk mengetahui kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing- masing jenis gulma.
Dari
praktikum yang telah dilakukan ditemukan 6 jenis gulma yaitu Alternanthera
sessillis, Centella asiatica, Elephantopus mollis, Commelina diffusa,
Achyranthes aspera, Kyllinga brevifolia. Alternanthera
sessillis merupakan herba atau semak berbatang banyak, yang
tingginya mencapai 1 m. Kremah dapat
pula tumbuh secara merambat atau mengapung. Akarnya putih-kecoklatan, dan berjenis tunggang. Panjang batangnya
mencapai ± 30 cm. Bentuk batangnya bulat, masif, beruas-ruas, dengan warna
hijau-kekuningan. Daunnya
majemuk, saling berhadapan, ujung dan pangkal
runcing, berwarna hijau dan memiliki panjang antara 1-15 cm, lebar 5 cm, yang
juga berbulu halus. Pertulangan
daun berbentuk menyirip. Bunganya majemuk, kcil, berbentuk bulir, terletak di ketiak daun daun
ujung batang, bertangkai silidris, berwarna putih/keunguan dengan masa berbunga
sepanjang tahun, Buahnya bulat dan hitam. (Centella asiatica)
adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang,
tepi jalan, serta pematang sawah.
Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia, India, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang dan Australia kemudian
menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman
ini selain pegagan adalah daun kaki kuda dan antanan. Sejak zaman dahulu, pegagan
telah digunakan untuk obat kulit
(misalnya keloid),
gangguan saraf dan
memperbaiki peredaran darah.
Masyarakat Jawa
Baratmengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman
untuk lalapan.
(Elephantopus mollis) adalah terna tegak yang berasal dari Amerikatropis, yang kini mudah
ditemui di banyak negara di Asia, dan Polinesia. Tumbuhan ini
dapat digunakan sebagai obat diare, namun masyarakat Gayo (disebut lape-lape tanah) menggunakan ini
sebagai obat untuk mengatasi berak darah. (Commelina diffusa) memiliki Batang tinggi atau panjang
batang antara 8 – 115 cm yang mana bagian batang tersebut ada yang tegak, semi tegak,
merunduk, atau menjalar pada tanah.Bunga
kecil-kecil terdiri 3 helai petal warna ungu kemerahan yang
pucat|mauve. 3 pasang putik putih dengan benang sari biru pucat dengan tangkai
putik dan benang sari sewarna dengan warna petal. Perkembangbiakan secara
seksual maupun aseksual atau lebih dikenal dengan istilah generatif dan
vegetatif. Generatif melalui bertemunya benang sari dan kepala putik yang
dibantu organisme lain atau pun angin. Sedangkan perkembangbiakan secara
vegetatif bersifat alamiah yakni dengan merunduk yakni batang yang menyentuh
tanah akan menjadi individu baru atau dengan tumbuhnya tunas anakan. (Achyranthes aspera) adalah tanaman semak, tegak, tinggi 20-90 cm. Batang berkayu,
bulat, bercabang, warna hijau keputih-putihan. Daun tunggal, bulat telur, ujung
runcing, tepi beringgit, pangkal meruncing, panjang 4-9 cm, lebar 2,5-5 cm,
pertulangan menyirip, berbulu, warna hijau. Bunga majemuk bentuk bulir, tangkai
pendek, mahkota bentuk tabung, bagian dalam berambut putih, warna ungu. Buah
bentuk bulir, buah muda berwarna hijau setelah tua berwarna hitam. Habitat: Tumbuh liar di ladang pada daerah yang teduh
di dataran rendah sampai 900 m dpl. (Kyllinga brevifolia) adalah
Tanaman menahun ini dapat tumbuh dengan tinggi
hingga 20 cm dan beraroama wangi, jukut pendul tumbuh dengan baik pada
tanah lembap di sisi jalan, tanah telantar, padang rumput, dari dataran rendah
sampai ketinggian 2.600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini tersebar diseluruh
wilayah tropis dengan temperatur
hangat di seluruh dunia dan sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Malaysia. Jukut pendul
tumbuh bergerombol dengan rimpang yang pendek dan
merayap, letaknya sedikit kebawah permukaan tanah, mengeluarkan batang tegak
persegi tiga, pejal, dan hanya berdaun di dekat pangkalnya. Daun pada pangkal batang berjumlah 2 -
4 helai berbangun baris, panjang menyempit berujung runcing dengan panjang
3 cm - 10 cm, lebar 1,3 cm - 4 mm berwarna hijau tua. Bunga
dari tanaman ini berbentuk bundar memanjang dengan warna hijau muda dengan
ukuran 4–8 mm.
V. KESIMPULAN
1. Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan, tumbuh pada pada tempat yang
tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau
tidak langsung merugikan.
2. Metode yang digunakan dalam analisis
vegetasi ada 3 yaitu Line Intercept, Point Intercept, dan Visual Estimation.
3. Manfaat gulma yaitu menambah kesuburan tanah,
mencegah atau mengurangi timbulnya erosi, bahan penutup tanah (mulsa), media
penanaman jamur merang, bahan obat tradisional, bahan makanan atau sayuran,
tanaman hias dan bahan kerajinan.
4. Ada 6 gulma yang telah ditemukan yaitu Alternanthera
sessillis, Centella asiatica, Elephantopus mollis, Commelina diffusa,
Achyranthes aspera, Kyllinga brevifolia.
DAFTAR PUSTAKA
Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan Efisiensi
Pengendalian Gulma pada Pertanaman Kedelai dengan Penggunaan Bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem
Pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sebayang, H. T. 2005. Gulma dan
Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Universitas Brawijaya. Malang.
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan
Limbah Sagu sebagai Pengendalian Gulma pada Lada Perdu. Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J.
Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT
Gramedia. Jakarta.