Minggu, 17 Desember 2017

ANALISIS VEGETASI GULMA

ANALISIS VEGETASI GULMA

I. Tujuan Praktikum
1. Memperoleh gambaran secara langsung mengenahi hubungan di dalam penyebaran pertumbuhan gulma pada suatu lahan.
2.    Memperoleh gambaran jenis gulma utama yang harus dikendalikan.
3.    Menentukan cara pengendalian gulma yang efektif dan efisien pada lahan pengamatan.
II. Tinjuan Pustaka
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).

Dalam pertanian gulma tidak dikehendaki karena (a) menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh; (b) menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma; (c) mengeluarkan senyawa alelopati (zat penghambat pertumbuhan) yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman; (d) menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman; (e) mengganggu tata-guna air; dan (f) secara umum meningkatkan biaya usaha tani (Jumin, 1991).

Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput- rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki- tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Daun gulma daun lebar dibentuk pada meristem apikal yang sangat sensitif pada senyawa kimia. Stomata pada daun gulma daun lebar banyak terdapat pada daun bagian bawah yang memungkinkan cairan herbisida dapat masuk. Gulma daun lebar memiliki bentuk daun yang lebih luas, sehingga luas permukaan daun yang kontak dengan senyawa limbah sagu lebih besar. Gulma daun sempit berkedudukan vertikal dan memiliki luas permukaan daun lebih kecil. Analisis vegetasi gulma menunjukkan bahwa gulma daun sempit merupakan gulma yang dominan dibandingkan gulma daun lebar. Hal ini disebabkan karena gulma daun sempit umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang mampu bertahan di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik (Syakir, 2008).

Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran jenis gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan (NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies yang lain. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak ekonomi dan ekologi (Mas’ud, 2009).

 Pengamatan populasi gulma pada suatu lahan yang sangat luas sulit dilakukan secara menyeluruh, karena terbatasnya waktu, tenaga dan dana.  Untuk itu dilakukan pengambilan sampel.  Pengambilan sampel harus dapat mewakili atau menggambarkan populasi yang beragam (Triharso, 1996).
Ada 4 macam cara pengambilan sampel dari lahan, yaitu:
1.    Pengambilan sampel secara langsung
2.    Pengambilan sampel secara acak tidak langsung
3.    Pengambilan sampel bertingkat
4.    Pengambilan sampel secara beraturan

Cara pengambilan sampel ini adalah kenyataannya memberikan hasil yang lebih mewakili kondisi lapangan yang diamati. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intercept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar” (creeping), digunakan metode titik (point intercept), dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneiliti yang sudah berpengalaman.  Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/ keadaan, seperti peta, lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya (Tjitrosoediro, 1984).

Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu data kualitatif dn data kuantitaif.  Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dalam kelompok, stratifiksinya, periodisitas, dan lain sebagainya; sedang data kuantitatif menunjukkan jumlah, ukuran, berat basah/ kering suatu jenis, luas daerah yang ditumbuhinya.  Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran petak-petak contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas atau hasil penelitian aotecology (Tjitrosoediro, 1984).

III. Metode Praktikum
3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum Ilmu Gulma, mengenai Kompetisi dilaksanakan di Bandongan, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal  19 September 2016, Pukul 16.00 WIB sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan    
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sasak dari bamboo untuk mengepres gulma dalam membuat herbarium, penggaris, meteran, pensil, tali rafia, blok note,patok bambu,label, kantong plastic putih, spidol permanen, kertas buram, pisau, gunting.
3.3              Cara Kerja
1.        Melakukan survei  pendahuluan   pada areal yang akan diteliti secara keseluruhan sehingga diperoleh gambaran umum  mengenai jenis dan menyebarannya.
2.      Buatlah petak-petak kwadrat atau  plot ukuran 1 x 1 m secara :
a.        Secara acak
b.      Secara tersebar  merata  dengan jarak yang sama
c.       Secara mengikuti arah berdasarkan penyebaran gulma yang telah ditentukan.
d.      Secara stratified random sampling.
3.      Catat dan hitunglah  jumlah spesies dan jumlah  individu dari masing - masing plot. Serta cever (penutup ) setiap spesies gulma pada masing - masing plot.
4.      Dalam  penghitungan  masing – masing gulma dipakai ketentuan sbb :
a.       Suatu individu yang berada pada batas petak dihitung satu individu apabila lebih dari separuh bagian – bagian tanaman berada dalam petak.
b.      Untuk gulma yang berkelompok, maka tiap kelompok dihitung satu individu
c.       Untuk gulma yang membentuk rumpun, bila dalam sampling terjadi pemisahan maka masing – masing individu yang lengkap bagian bagiannya dihitung satu individu
5.      Buatlah herbarium dengan kertas ukuran 22 x 33 cm untuk setiap spesies gulma kemudian supaya dijilid untuk satu kelompok.

IV. Hasil dan Pembahasan
A.    Tabel Pengamatan
a.                Tabulasi hasil pengamatan

No
Nama Spesies
No plot
            1
2
3
∑ individu
Cover herba
∑ individu
Cover herba
∑ individu
Cover herba
1
Alternanthera sessillis
9
45
2
15
0
0
2
Centella asiatica

51
40
3
5
5
15
3
Elephantopus mollis

52
10
40
65
18
25
4
Commelina diffusa

7
5
4
10
3
5
5
Achyranthes aspera

6
5
0
0
0
0
6
Kyllinga brevifolia
3
6
2
30
4
10


b.               Tabulasi nilai mutlak
No
Nama Spesies
Plot
Jumlah
Dominasi mutlak
Kedapatan
1
2
3
1
Alternanthera sessillis
9
2
0
11
3,67
2 x
2
Centella asiatica

51
3
5
59
19,67
3 x
3
Elephantopus mollis

52
40
18
110
36,67
3 x
4
Commelina diffusa
7
4
3
14
4,67
3 x
5
Achyranthes aspera

6
0
0
6
2
1 x
6
Kyllinga brevifolia
3
2
4
9
3
3 x

c.                Tabel ringkasan analisis hasil perhitungan

No
Nama Spesies
∑ individu
∑ berapa kali terdapat
Kerapatan relatif
Frekuensi relatif
Dominasi
Dominasi relatif
1
Alternanthera sessillis
11
2 x
4,93 %
10,52 %
3,67
4,84 %
2
Centella asiatica

59
3 x
26,45 %
15,78 %
19,67
26,45 %
3
Elephantopus mollis
110
3 x
49,32 %
15,78 %
36,67
49,32 %
4
Commelina diffusa
14
3 x
6,27 %
15,78 %
4,67
6,28 %
5
Achyranthes aspera
6
1 x
2,69 %
5,26 %
2
2,69 %
6
Kyllinga brevifolia
9
3 x
4,03 %
15,78 %
3
4,03 %
Gulma merupakan tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya, atau disebut juga tanaman atau tumbuhan yang manfaatnya lebih sedikit dibandingkan dengan kerugian yang diakibatkan pada lahan yang sedang diusahakan. Pada dasarnya gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia. Gulma tumbuh pada pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak langsung merugikan. Pengaruh negatif gulma yang penting adalah mempunyai daya kompetisi yang tinggi, sebagai inang penyakit atau parasit, mengurangi mutu hasil peertanian, dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian.

Konsepsi dan  metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi tumbuh menjalar (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi.

Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara- cara ini:
1.      Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2.      Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3.      Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4.      Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
5.      Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
Adapun manfaat gulma yaitu  Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik,Mencegah atau mengurangi timbulnya erosi, Bahan penutup tanah dalam bentuk mulsa, Sebagai media penanaman jamur merang, Sebagai bahan obat tradisional, Sebagai bahan makanan atau sayuran, Sebagai tanaman hias dan bahan kerajinan.
Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan alat Square Method atau metode Kuadrat yaitu dengan menggunakan sebuah alat berbentuk persegi sama sisi dengan panjang sisi 50cm x 50cm. Sampel diambil dengan cara melemparkan alat Square Method ke tanah atau lahan yang ditumbuhi gulma, selanjutnya seluruh gulma yang terdapat dalam alat dicabut hingga bersih kemudian dianalisis untuk mengetahui jenis dari gulma tersebut. Pada analisis ini digunakan buku deskripsi gulma untuk membantu memudahkan dalam mengidentifikasi nama gulma dengan membandingkan ciri- ciri morfologi gulma dengan gambar yang ada dalam buku deskripsi gulma.setelah selesai gulma dicuci untuk membersihkan kotoran yang menempel pada bagian tanaman dan dikering anginkan yang kemudian dikeringkan untuk mengetahui kerapatan, frekuensi, dan dominasi masing- masing jenis gulma.

Dari praktikum yang telah dilakukan ditemukan 6  jenis gulma yaitu Alternanthera sessillis, Centella asiatica, Elephantopus mollis, Commelina diffusa, Achyranthes aspera, Kyllinga brevifolia. Alternanthera sessillis merupakan herba atau semak berbatang banyak, yang tingginya mencapai 1 m. Kremah dapat pula tumbuh secara merambat atau mengapung. Akarnya putih-kecoklatan, dan berjenis tunggang. Panjang batangnya mencapai ± 30 cm. Bentuk batangnya bulat, masif, beruas-ruas, dengan warna hijau-kekuningan. Daunnya majemuk, saling berhadapan, ujung dan pangkal runcing, berwarna hijau dan memiliki panjang antara 1-15 cm, lebar 5 cm, yang juga berbulu halus. Pertulangan daun berbentuk menyirip. Bunganya majemuk, kcil, berbentuk bulir, terletak di ketiak daun daun ujung batang, bertangkai silidris, berwarna putih/keunguan dengan masa berbunga sepanjang tahun, Buahnya bulat dan hitam. (Centella asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman ini selain pegagan adalah daun kaki kuda dan antanan. Sejak zaman dahulu, pegagan telah digunakan untuk obat kulit (misalnya keloid), gangguan saraf dan memperbaiki peredaran darah. Masyarakat Jawa Baratmengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman untuk lalapan. (Elephantopus mollis) adalah terna tegak yang berasal dari Amerikatropis, yang kini mudah ditemui di banyak negara di Asia, dan Polinesia. Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat diare, namun masyarakat Gayo (disebut lape-lape tanah) menggunakan ini sebagai obat untuk mengatasi berak darah. (Commelina diffusa) memiliki Batang tinggi atau panjang batang antara 8 – 115 cm yang mana bagian batang tersebut ada yang tegak, semi tegak, merunduk, atau menjalar pada tanah.Bunga kecil-kecil terdiri 3 helai petal warna ungu kemerahan yang pucat|mauve. 3 pasang putik putih dengan benang sari biru pucat dengan tangkai putik dan benang sari sewarna dengan warna petal. Perkembangbiakan secara seksual maupun aseksual atau lebih dikenal dengan istilah generatif dan vegetatif. Generatif melalui bertemunya benang sari dan kepala putik yang dibantu organisme lain atau pun angin. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif bersifat alamiah yakni dengan merunduk yakni batang yang menyentuh tanah akan menjadi individu baru atau dengan tumbuhnya tunas anakan. (Achyranthes aspera) adalah tanaman semak, tegak, tinggi 20-90 cm. Batang berkayu, bulat, bercabang, warna hijau keputih-putihan. Daun tunggal, bulat telur, ujung runcing, tepi beringgit, pangkal meruncing, panjang 4-9 cm, lebar 2,5-5 cm, pertulangan menyirip, berbulu, warna hijau. Bunga majemuk bentuk bulir, tangkai pendek, mahkota bentuk tabung, bagian dalam berambut putih, warna ungu. Buah bentuk bulir, buah muda berwarna hijau setelah tua berwarna hitam. Habitat: Tumbuh liar di ladang pada daerah yang teduh di dataran rendah sampai 900 m dpl. (Kyllinga brevifolia) adalah Tanaman menahun ini dapat tumbuh dengan tinggi hingga 20 cm dan beraroama wangi, jukut pendul tumbuh dengan baik pada tanah lembap di sisi jalan, tanah telantar, padang rumput, dari dataran rendah sampai ketinggian 2.600 m di atas permukaan laut.  Tanaman ini tersebar diseluruh wilayah tropis dengan temperatur hangat di seluruh dunia dan sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Malaysia. Jukut pendul tumbuh bergerombol dengan rimpang yang pendek dan merayap, letaknya sedikit kebawah permukaan tanah, mengeluarkan batang tegak persegi tiga, pejal, dan hanya berdaun di dekat pangkalnya. Daun pada pangkal batang berjumlah 2 - 4 helai berbangun baris, panjang menyempit berujung runcing dengan panjang 3 cm - 10 cm, lebar 1,3 cm - 4 mm berwarna hijau tua. Bunga dari tanaman ini berbentuk bundar memanjang dengan warna hijau muda dengan ukuran 4–8 mm.


V. KESIMPULAN
1.  Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan, tumbuh pada pada tempat yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak langsung merugikan.
2.      Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi ada 3 yaitu Line Intercept, Point Intercept, dan Visual Estimation.
3.      Manfaat gulma yaitu menambah kesuburan tanah, mencegah atau mengurangi timbulnya erosi, bahan penutup tanah (mulsa), media penanaman jamur merang, bahan obat tradisional, bahan makanan atau sayuran, tanaman hias dan bahan kerajinan.
4.      Ada 6 gulma yang telah ditemukan yaitu Alternanthera sessillis, Centella asiatica, Elephantopus mollis, Commelina diffusa, Achyranthes aspera, Kyllinga brevifolia.





DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma pada Pertanaman Kedelai dengan Penggunaan Bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 – 123.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sebayang, H. T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Universitas Brawijaya. Malang.
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan Limbah Sagu sebagai Pengendalian Gulma pada Lada Perdu. Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.