Minggu, 17 Desember 2017

PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI

PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI

I.     Tujuan Praktikum
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh herbisida terhadap pertumbuhan gulma dan mekanisme herbisida dalam mematikan gulma.


II.  Tinjuan Pustaka
Di tingkat petani, kehilangan hasil padi karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida. Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas. Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Soerjandono, 2005).
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan gulma yaitu: (1) secara kultur teknis, (2) secara mekanis, (3) secara biologis, dan (4) secara kimiawi.  Pengendalian yang banyak dilakukan yaitu dengan cara kimiawi menggunakan herbisida, karena penggunaan herbisida memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan teknik pengendalian yang lain.  Keuntungan dari penggunaan herbisida yaitu: (1) lebih cepat menekan pertumbuhan gulma, (2) lebih ekonomis, (3) lebih efektif, dan (4) menghemat tenaga kerja dan waktu (Hadi, 2011). 
Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh gulma. Herbisida telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. bersama dengan penggunaan pupuk, varietas, insektisida  dan lain-lain, hrbisida dapat meningkatkan produk pertanian.  Di daerah dimana tenaga kerja sangat terbatas, penggunaan herbisida sangat dibutuhkan. Herbisida dapat diaplikasikan sebelum tanam, sebelum tumbuh dan sesudah tumbuh. Klasifikassi herbisida dapat berdasar berbagai macam (Sudarmo, 2007).
Cara kerja herbisida di kelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida kontak dan sistemik.
A.    Herbisida kontak. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
B.  Herbisida Sistemik. Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat, sulfosat (Noor, 1997).
Penggolongan herbisida tersebut juga membawa implikasi terhadap penggolongan berdasarkan cara dan saat penggunaannya (Djojosumarto, 2008):
1.      Herbisida pra tumbuh (pre-emergence herbicide). Herbisida ini diaplikasikan pada tanah sebelum  gulma tumbuh.  Semua herbisida pra tumbuh, adalah soil acting herbicide atau herbisida tanah dan bersifat sistemik (translocated herbicide).
2.      Herbisida pasca tumbuh (post-emergence herbicide). Herbisida ini diaplikasikan saat gulma sudah tumbuh. Oleh karena itu, semua herbisida pasca tumbuh adalah foliage applied herbicide. Herbisida pasca tumbuh ada yang sistemik ada pula yang non-sistemik.
Paraquat digunakan untuk mengendalikan gulma dengan pengaruhn kontak, penyerapannya melalui daun sangat cepat sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan. Senyawa ini mempengaruhi sistem fotosintesis khususnya mengubah aliran elektron dalam tumbuhan gulma. Umumnya pembentukan klorofil dihambat sehingga terjadi klorosis. Sulfosat merupakan herbisida sistemik yang dapat mengendalikan gulma berdaun lebar, berdaun sempit maupun alang-alang. Glyfosat merupakan herbisida bersifat sistemik yang efektif mengendalikan gulma berdaun lebar dan sempit. Cara kerja herbisida ini yaitu mempengaruhi metabolisme asam nukleat dan sintesa protein (menghambat pembentukan ikatan asam amino) (Daud, 2008).
Glifosat merupakan herbisida sistemik dan bereaksi lebih lambat daripada herbisida organik. Menguningnya daun, merupakan gejala visual pertama terhadap toksisitas herbisida. Satu minggu setelah penyemprotan, biasanya timbul efek warna coklat tua hingga satu bulan kemudian tergantung pada ketahanan gulma. Semua formulasi glifosat dievaluasi dalam penelitian menghasilkan gejala awal serupa pada tanaman target. Beberapa perlakuan pada semanggi putih benar-benar mati pada kondisi tidak adanya hujan. Sementara beberapa terhambat pertumbuhannya kembali berkisar hingga 3,8% dengan tanpa perlakuan herbisida lainnya. Perlakuan dengan Curah hujan 2 jam setelah aplikasi secara signifikan mengurangi efikasii semua produk glifosat. Pada akhir masa percobaan, pertumbuhan mulai kembali antara 6,8-48% dari yang tidak diobati telah terjadi di semua perlakuan. Tidak ada perbedaan yang signifi cant di antara konsentrasi formulasi, termasuk Roundup Renew yang merupakan produk yang dinyatakan tahan hujan selama 2 jam. Yang kedua, herbisida  ‘ready to use’ formulasi siap pakai memberikan efikasi tertinggi berdasarkan pengaruh curah hujan dan secara signifikan mengurangi pertumbuhan gulma kembali daripada Westminster G360 (James, T.K. and A. Rahman, 2005)
Daya berantas (kemempanan) tiap herbisida dan cara pengendalian manual ditentukan berdasarkan kemampuannya menekan populasi dan pertumbuhan tanaman penutup tanah dan gulma. Nilai kemempanan herbisida dihitung berdasarkan nilai SDR (some dominance ratio) masing-masing jenis gulma dan tanaman penutup tanah dinyatakan dalam besaran persen antara 0 – 100%, dengan katagori kemempanan dari tidak mempan sampai sangat mempan (Ngawit, 2007).

III.             Metode Praktikum
3.1               Tempat dan Waktu
Praktikum Ilmu Gulma, mengenai Allelopathy dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal 19 Oktober  2016, Pukul 16.00 WIB sampai selesai.
3.2               Alat dan Bahan
Alat  dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Herbisida kontak, Herbisida sistemik, Air, Alat semprot, Gelas ukur, Ember, Raffia, Patok bamboo, Pengaduk, Sprayer.
3.3               Cara kerja

1.    Tentukan lahan yang banyak ditumbuhi gulma
2.    Buat petakan ukuran 1 m x 1 m menggunakan tali rafia
3.    Siapkan herbisida kontak dan sistemik
4.    Buatlah formulasi masing-masing herbisida sesuai petunjuk pada botol herbisida
5.    Semprotkan herbisida secara merata pada gulma dalam petakan yang telah ditentukan
6.    Amati dan catat apa yang terjadi pada gulma selama 4 hari atau sampai gulma kelihatan mati.
7.    Diskusikan dan bahas hasil pengendalian gulma secara kimiawi
8.    Buatlah laporan praktikum sesuai sistematikan yang telah ditentukan.

IV Hasil dan Pembahasan
5.1.            Herbisida kontak
Hari 1 = daun layu
Hari 2 = daun kering berwarna coklat
Hari 3 = gulma mati
5.2.            Herbisida sistemik
Hari 1 = daun layu
Hari 3 = gulma kering sebagian mati
Hari 4 = gulma mati
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pestisida kontak lebih cepat membunuh gulma dari pada herbisida sistemik. Hal tersebut dikarenakan herbisida kontak menyerang langsung pada jaringan tanaman. Sedangkan herbisida sistemik masuk ke dalam jaringan tanaman, dan perlahan menyerang melalui jaringan pengankutan, selanjutnya mengganggu metabolisme gulma, sehinnga gulma akan layu dan lama-kelamaan akan mati.
Sesuai dengan Agustin (2010), yang menyatakan bahwa Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.

IV.             Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengendalian gulma secara kimiawi dapat disimpulkan bahwa:
1.    Herbisida merupakan racun gulma yang dapat menekan keberadaan gulma.
2.    Herbisida kontak merupakan herbisida yang paling cepat membunuh gulma.
3.    Herbisida yang paling baik digunakan yaitu pestisida sistemik.

DAFTAR PUSTAKA
Daud, David. 2008.  Uji efikasi herbisida glifosat, sulfosat dan paraquat pada systim tanpa olah tanah (TOT) jagung. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan.
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hadi, Yaupan. 2011. Efikasi herbisida pendimethalin untuk mengendalikan gulma pada budidaya bawang merah (Allium ascalonicum). http://repository.unila.ac.id:8180/dspace/handle/123456789/2755 diakses pada tanggal 5 Mei 2012.

James, T.K. and A. Rahman. 2005. Efficacy of several organic herbicides and glyphosate formulations under simulated rainfall. Journal New Zealand Plant Protection 58:157-163.

Ngawit, I Ketut. 2007. Efikasi beberapa jenis herbisida terhadap tanaman penutup tanah legumenosa di jalur tanaman kopi muda. Jurnal Agroteksos Vol.17 No.2

Noor, E. Sutisna. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sudarmo, Subiyakto. 2007. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.

Soerjandono, Noeriwan B. 2005. Teknik pengendalian gulma dengan herbisida persistensi rendah pada tanaman padi. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1

LAMPIRAN
Gb. Gulma yang belum dilakukan penyemprotan herbisida
 
Gb. Pengendalian sistemik                         Gb. Pestisida kontak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar