Rabu, 08 Juni 2016

BAHAN ORGANIK

Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa anorganik hasil mineralisasi, termasuk mikroba heterotrofik dan ototrofik yang terlibat. Dalam pengelolaan bahan organik tanah sumbernya dapat berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, serta pupuk hayati (Hanafiah,2005).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, 1992).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,1983).
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Madjid,2007)
Sumber primer bahan organikdalam tanah adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, dan daun. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa polisakarida seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan-bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah (Islami,1995).
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna harus erlebih dahulu menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan bahan organik. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepa hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan binatang sebagian besar tersusun dari air, bagian padatan yaitu hidrat arang, protein, lemak, lalu oksigen, hidrogen, dan abu. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H, dan O (Alfi, 2011).
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
Bahan organik tanah sangat berperan dalam hal memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologis tanah, serta untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Bahan organik itu sendiri merupakan bahan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Bahan organik juga merupakan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Sumber bahan organik adalah jaringan tanaman (sumber sekunder). Kadar bahan organik tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase dan pengolahan dari tanah tersebut. Bahan organik ditentukan kadarnya oleh para peneliti tanah melalui penetapan jumlah unsure karbon organiknya (Hakim dkk,1986).
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan  bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005).
Tanah tersusun dari bahan padatan, air, dan udara. bahan padatan tersebut dapat berupa bahan mineral dan bahan organik. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir, debu, dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah. Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (kurang dari 5%) tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah. bahan organik adalah kumpulan senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterofik dan autrofik yang terlibat dan berada di dalamya (Madjid, 2007).
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar pertikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik  terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi penebalan struktur gumpal kasar yang kuat menjadi struktur yang lebih halus dan tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah (Stevenson, 1982).
Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi partikel lempung dengan membentuk kompleks lempung logam-humus. Tanah yang kandungan humusnya semakin berkurang, maka lambat laun tanah akan menjaid keras, kompak dan bergumul, sehingga menjadi kurang produktif (Stevenson, 1982). Pada tanah pasiran, bahan organik dapat diharapkan mengubah struktur tanah dari butiran tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Seholes et. al, 1994).
Pengaruh bahan organik terhadap salah satu sifat fisika tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak berisi bahan padat yang terisi oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso, dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagi pori kapiler, pori meso dikenal sebagi pori drianase lambat, dan pori makro dikenal sebagai pori drainase cepat. Tanah pasir yang banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang banyak mengandung pori makro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata airyang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yangberukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982). Penambahan bahan organik (pupuk kandang) akan meningkatkan pori total tanah dan akan menentukan berat volume tanah (Wiskandar, 2002).
Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah. penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang. Penambahan bahan organikdi tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan persediaan air untuk pertumbuhan tanaman(Seholes et. al, 1994).
Kualitas dan kuantitas input bahan organik akan berpengaruh pada kandungan bahan organik tanah. Substrat organik dengan C/N rasio kecil (<25) menyebabkan dekomposisi berjalan cepat, sebaliknya pada bahan organik dengan C/N besar(>25) maka mendorong mobilisasi, penentuan humus, akumulasi bahn organik dan peningkatan struktur tanah. input bahan yang mengandung lignin dan polyfenol akan menghambat dekomposisi (Supriyadi, 2008). Selain itu, input bahan organik dengan kandungan N dan P rendah akan mendorong pengurangan bahan organik dalam tanah setelah dekomposisi (Fontaine et.al,2004).
Tanah tersusun dari bahan padatan, air, dan udara. bahan padatan tersebut dapat berupa bahan mineral dan bahan organik. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir, debu, dan liat. Ketiga partikel ini menyusun tekstur tanah. Bahan organik dari tanah mineral berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (kurang dari 5%) tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah. bahan organik adalah kumpulan senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterofik dan autrofik yang terlibat dan berada di dalamya (Madjid, 2007).
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar pertikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik  terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi penebalan struktur gumpal kasar yang kuat menjadi struktur yang lebih halus dan tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah (Stevenson, 1982).
Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi partikel lempung dengan membentuk kompleks lempung logam-humus. Tanah yang kandungan humusnya semakin berkurang, maka lambat laun tanah akan menjaid keras, kompak dan bergumul, sehingga menjadi kurang produktif (Stevenson, 1982). Pada tanah pasiran, bahan organik dapat diharapkan mengubah struktur tanah dari butiran tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Seholes et. al, 1994).
Pengaruh bahan organik terhadap salah satu sifat fisika tanah adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak berisi bahan padat yang terisi oleh udara dan air. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso, dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagi pori kapiler, pori meso dikenal sebagi pori drianase lambat, dan pori makro dikenal sebagai pori drainase cepat. Tanah pasir yang banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang banyak mengandung pori makro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata airyang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yangberukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982). Penambahan bahan organik (pupuk kandang) akan meningkatkan pori total tanah dan akan menentukan berat volume tanah (Wiskandar, 2002).
Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah. penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang. Penambahan bahan organikdi tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan persediaan air untuk pertumbuhan tanaman(Seholes et. al, 1994).
Kualitas dan kuantitas input bahan organik akan berpengaruh pada kandungan bahan organik tanah. Substrat organik dengan C/N rasio kecil (<25) menyebabkan dekomposisi berjalan cepat, sebaliknya pada bahan organik dengan C/N besar(>25) maka mendorong mobilisasi, penentuan humus, akumulasi bahn organik dan peningkatan struktur tanah. input bahan yang mengandung lignin dan polyfenol akan menghambat dekomposisi (Supriyadi, 2008). Selain itu, input bahan organik dengan kandungan N dan P rendah akan mendorong pengurangan bahan organik dalam tanah setelah dekomposisi (Fontaine et.al,2004).









Fontaine, S., G., Bardoux, L. Abbadie, and Mariotti. 2004. Carbon Input to Soil May Decrease Carbon Content. Ecology Letters, 7: 314-320
Madjid, Abdul. 2007. Bahan  Organik Tanah. (http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/bahan-organik-tanah.html) Diakses pada tanggal 14 Maret 2013
Scholes, M.C., Swift, O.W., Heal, P.A., Sanckez, JSI., Ingram and R. Dudal. 1994. Soil Fertility Reasearch in Response to Demant for Suitainability. In the Biological Management of Tropical Soil Fertility Ctds Woomer, PI. And Swift, M. J. John Wiley & Sons, New York.
Stevenson, F. T. 1982. Humus Chemistry. John Wiley & Sons, New York.
Supriyadi, Slamet. 2008. Kandungan Bahan Organik sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura. Embryo wol.5 No.2: 178-179
Wiskandar. 2002. Pemanfaatan Pupuk Kandang untuk Memperbaiki Sifat Fisik Tanah di Lahan Kritis yang Telah Diteras. Kongres Nasional VII.


Foth, Henry. D, 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga.  Jakarta.
Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Aka press. Jakarta.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Soetjipto,dkk . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga . Jakarta.
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Kanisius. Yogyakarta.

Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Miller, K. 1985. Ilmu Tanah. Gajah Mada. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar