Rabu, 07 Desember 2016

ISOLASI


ISOLASI
I. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan isolasi pathogen
II. Tinjauan Pustaka
Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentudari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Isolasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode cawan tuang dan metode cawan gores. Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan (Mutiara, T, 2006).
Isolasi bakteri dikarakterisasi dengan menumbuhkan pada medium dan dilakukan pengamatan meliputi: pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar miring yaitu bentuk pertumbuhan pada bekas goresan, pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar tegak yaitu bentuk pertumbuhan pada bekas tusukan dan pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar lempeng yaitu bentuk, tepian, elevasi, permukaan warna, diameter koloni dan konfigurasi. Berdasarkan hasil identifikasi secara mikrobiologis maupun fisiologis melalui uji biokimia ditemukan tujuh isolat bakteri yang termasuk kedalam bakteri patogen maupun non patogen (Rahmaningsih, 2012).
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat atau dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Sifat ketergantungan terhadap organisme lain menyebabkan jamur digolongkan sebagai tumbuhan heterotrofik (Arif, 2012). Menurut (Arif, 2012), sebagai tumbuhan heterotrofik, jamur membutuhkan sumber makanan sebagai substrat, sumber energi, aktivitas metabolisme, dan nutrisi. Energi dapat diperoleh dari oksidasi senyawa karbon, metabolisme untuk mensintesis senyawa-senyawa yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan hifa jamur, dan sumber nutrisi yang dibutuhkan seperti vitamin, CO2, dan nitrogen (Arif, 2007).
Pada proses isolasi dan identifikasi jamur serta proses produksi digunakan berbagai bahan kimia yang berderajat murni (pro-analisis) kecuali bila disebutkan lain. Spesifikasi bahan kimia yang digunakan dijelaskan pada setiap tahap isolasi dan analisis. Isolasi jamur menggunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar). Jamur lebih tahan terhadap pH suasana asam jika dibandingkan dengan bakteri atau aktinomisetes, sehingga dengan cara ini juga telah terjadi seleksi terhadap mikroba yang sedang diisolasi (Saryono, 2002).
Teknik Postulat Koch meliputi empat tahapan, yaitu asosiasi, isolasi, inokulasi, dan reisolasi. Asosiasi yaitu menemukan gejala penyakit dengan tanda penyakit (pathogen) pada tanaman atau bagian tanaman yang sakit. Isolasi yaitu membuat biakan murni pathogen pada media buatan (pemurnian biakan). Inokulasi adalah menginfeksi tanaman sehat dengan pathogen hasil isolasi dengan tujuan mendapatkan gejala yang sama dengan tahap asosiasi. Reisolasi yaitu mengisolasi kembali patogen hasil inokulasi untuk mendapatkan biakan patogen yang sama dengan tahap isolasi (Gilang, 2012).
            Dalam Postulat-postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah diperiksa.Kedua, telah diolah dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Ketiga, mampu membuat infeksi asli (original infection), meskipun sudah beberapa generasi berada dalam kultur. Keempat, dapat diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat dikulturkan kembali (Hakikah, 2010).
            Menurut Purnomo (2013), Pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch yaitu:
1.      Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
2.      Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.
3.      Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4.      Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah terinfeksi tersebut.
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim, oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsur hara yang tidak tepat dosis. Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode, protozoa dan tanaman tinggi parasit. Penyebab yang bersifat biotik disebut juga patogen yang berasal dari bahasa latin “pathos” yang berarti sakit dan “gene” yang berarti penyandi sifat. Patogen menyebabkan sakit pada gen sehingga ekspresi yang muncul adalah sesuatu yang tidak normal pada tanaman (Agrios, 1996).
Penyakit Antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari bibit ditanam sampai tanaman cabai berbuah, dan merupakan masalah utama yang berakibat serius terhadap penurunan hasil baik didaerah tropis maupun di subtropis (Agrios, 1997). Patogen antraknosa dapat mcnyerang buah cabai mentah, matang selama penyimpanan setelah panen, atau cabai yang sudah dipasarkan sehingga menyebabkan buah membusuk-kering dan tidak laku dijual (Pamekas, 2007).
Penyebab penyakit antraknosa adalah jamur Colletotricum capsici. .iamur Colletotricum capsici tergolong pada Divisi Eumycota, Subdivisi Deuteromycotina, Kelas Deuteromycetes, Ordo Melanconiales dan Genus Colletotrichum (Agrios, 1997). Jamur ini mempunyai banyak aservulus dengan garis tengah sekilar 100pm dengan tangkai (setae) yang berwarna hitam dengan ukuran 75-lOOfim x 2-2,6|im. Aservulus jamur ini tumbuh dan tersebar di bawah kutikula alau pada permukaan organ tanaman yang lerinfeksi.
Gejalanya seperti daun nekrotis dengan cincin berkonsentris yang merupakan masa konidia.(Lakshmi,2014). C. capsici koloni berwarna putih ke abu-abu dengan sedikit area miselium sementaraC. acuatatum menghasilkan koloni berwarna orange. Suhu optimum untuk C. capsici adalah 28ÂșC sedangkanC. gloeosporioides is 320C (Lakshmi,2014)
Jamur ini menghasilkan spora berupa konidia yang berbentuk silindris, hialin dengan ujung-ujungnya yang tumpul dan bengkok seperti bulan sabit dengan ukuran 18,6 - 25nm x 3,5 - 5,3(im (Semangun, 2000). (Sinclair, 1994), menyatakan bahwa jamur C. capsici dapat dengan mudah dikembangbiakkan di laboratorium dengan menginkubasikan konidia pada media PDA (Potato Dextrose Agar) pada suhu 10-30 ''C. Menurut (Setiadi, 2001), patogen penyebab antraknosa tidak hanya menyerang buah cabai, tetapi juga menyerang bagian tanaman lain. Bagian yang diserang  biasanya menunjukkan gejala bercak yang mirip "patek" sehingga penyakit ini lebih populer di kalangan petani dengan penyakit patek. Gejala ditandai dengan pembusukan pada buah cabai yang terserang. Mula-mula terdapat bercak coklat kehitaman, kemudian meluas dan akhimya menyebabkan buah menjadi busuk dan lunak. Pada pusat bercak akan terlihal titik-titik hitam terdiri dari kumpulan setae dan konidia.
Penyakit bercak daun cercospora merupakan penyakit paling sering menyerang
pertanaman kacang tanah di lapangan. Sampai saat ini petani tidak begitu memperhatikan penyakit tersebut, padahal serangan yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah polong total, jumlah polong bernas, jumlah dan berat biji per tanaman (Semangun, 2004)
Penyakit bercak daun cercospora disebabkan oleh jamur Cercospora spp Jamur ini dapat disebarkan oleh angin ataupun serangga serta infeksinya dapat terjadi melalui kedua sisi daun (Sudjono, 1989). Sampai saat ini penyakit ini belum mendapat perhatian secara serius, padahal bila terjadi serangan berat dapat mengakibatkan penurunan produksi yang cukup berarti.
    Penyakit bercak kacang tanah ( Cercospora aracidicola) merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri. Bercak daun yang terdapat banyak di negara ini disebut dengan tikka, terdapat disemua negara penanam kacang tanah, termaksud di Indonesia. Menurut Raciborski, pada tahun 1900 penyakit ini sudah tersebar di seluruh Jawa. Penyakit bercak kacang tanah selalu terdapat pada daun-daun kacang tanah yag menjelang masak. Hal ini sedemikian lajimnya dianggap sebagai keadaan yang biasa, bahkan banyak petani yang masih beranggapan bahwa datangnya penyakit ini menandakan bahwa tanamannya sudah hampir masak.Menurut pengamatan iskandar muda (1985) di Sumatera Barat intensitas penyakit berkisar antara 34-38%. Sedangkan menurut Jusfah (1985) di daerah yang sama bercak daun mengurangi jumlah polong total, jumlah polong yang bernafas, berat biji, jumlah biji, berat biji per tanaman. Tergan tung dari cepat dan lambatnya timbulnya penyakit, bercak daun dapat mengurangi produksi tanaman sampai 50%. Menurut Singh (1969) di India dapat menurunkan produksi sampai 20%. Dari banyak percobaan diketahui bahwa produksi tanaman akan mengkat jika penyakit ini dikendalikan. Bahkan di Afrika diberitahukan bahwa pengendalian bercak daun dengan fungisida dapat meningkatkan produksi sampai 60% (Semangun, 1991).
    Penyakit bercak daun cercospora disebabkan oleh jamur Cercospora spp Jamur
ini dapat disebarkan oleh angin ataupun serangga serta infeksinya dapat terjadi melalui kedua sisi daun (Sudjono, 1989). Sampai saat ini penyakit ini belum mendapat perhatian secara serius, padahal bila terjadi serangan berat dapat mengakibatkan penurunan produksi yang cukup berarti.
    Di Indonesia, menurut Raciborski (1898) dalam Semangun (1990), penyakit bercak daun kacang tanah pertama kali ditemukan di Pulau Jawa pada tahun 1898. Untuk penyakit karat pertama kali ditemukan oleh Triharso pada tahun 1972 di Yogyakarta, dan pada tahun yang sama ditemukan pula di Lombok dan Kalimantan Selatan. Pada saat sekarang, kedua penyakit tersebut telah tersebar di seluruh sentra-sentra produksi kacang tanah di Indonesia.
Penyakit bercak daun dan karat merupakan penyakit endemis dengan intensitas serangan yang bervariasi dari musim ke musim dan antardaerah. Hasil survei pertanian tahun 1995 menunjukkan bahwa luas serangan penyakit karat dan bercak daun di empat provinsi utama penghasil kacang tanah di Jawa masing-masing mencapai 147 ha dan 391 ha dengan intensitas serangan 11,3% dan 9,4% (BPS 1995)..
Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat (Amin, 2001). Karakter fisiologis BAL dikelompokkan sebagai bakteri gram positif, bentuk coccus atau batang yang tidak berspora , dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat (Malaka, 2005). Proses fermentasi karbohidrat dapat menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH. Penurunan nilai pH dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain, terutama bakteri patogen. Bakteri pembentuk asam laktat terbagi menjadi 2 tipe fermentasi, yaitu : 1) spesies homofermentatif yang mampu mengubah glukosa mejadi asam laktat sebagai hasil utama, 2) spesies heterofermentatif, merupakan grup yang memproduksi asam laktat dalam jumlah sedikit dan produk yang dihasilkan yaitu etanol, asam asetat, dan asam format (Moat, 2002).

Alkohol bekerja dengan mendenaturasi protein dari sel bakteri dan umumnya dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70% - 90%. Etanol bersifat bakterisid yang cepat, digunakan sebagai antiseptik kulit dan sebagai pengawet. Aktivitas bakterisidnya optimal pada kadar 70%. Isopropanol mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat dibandingkan etanol karena lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan denaturasi bakteri (Elisabeth, 2012).

III. METODOLOGI

    Praktikum Ilmu Penyakit Tanaman, mengenai Isolasi dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Dilaksanakan pada hari Senin 3 Oktober 2016, Pukul 16.15 sampai selesai. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah petridish,agar,alkohol 95%, kloroks 0,5, buah cabai, daun kacang tanah, jarum ent, kertas filter, label,kapas,lampu bunsen, plastik pembungkus.
Cara Kerja pada praktikum ini dari Isolasi jamur dari bahan tebal adalah  Sediakan petridish steril dan isi dengan PDA tegak yang telah dicairkan. Sediakan bahan yang akan diisolasi jasad reniknya, bersihkan kotoran – kotorannya dengan air .Bahan yang telah dibersihkan, pada batas antara sehat dan sakit diusap dengan alcohol 95% kemudian dikupas. Ambil bagian di bawah kulit yang sudah dikupas tersebut beberapa potong fdan letakkan pada agar di dalam petridish yang telah disiapkan. Inkubasikan pada suhu kamar 2 – 4 hari. Amati biakan yang tumbuh dan pindahkan biakan ke dalam tabung reaksi yang berisi PDA (agar miring) dengan jarum ent steri. Periksa di bawah mikroskop dan Gambar hasil isolasi. Isolasi jamur dari jaringan tipis dengan menyediakan petridish steril dan isi dengan PDA tegak yang telah dicairkan. Sediakan bahan yang akan diisolasi jasad reniknya, bersihkan kotoran – kotorannya dengan air. Potong – potong bahan tersebut baik yang sakit maupun sehat. Rendam potongan – potongan tersebut dalam klorox 0,5 selama 1 – 2 menit. Cuci potongan dalam air steril. Pindahkan potongan – potongan tersebut ke dalam petridish yang sudah ada kertas filternya. Pindahkan potongan – potongan tersebut ke dalam petridish yang telah diisi PDA. Inkubasikan pada suhu kamar 2 – 4 hari. Amati biakan yang tumbuh dan pindahkan biakan ke dalam tabung reaksi yang berisi PDA (Agar miring) dengan jarum ent steril. Periksa di bawah mikroskop dan Gambar hasil isolasi.  Isolasi bakteri dari bahan tipis dengan menyediakan petridish steril dan isilah dengan PDA tegak yang telah dicairkan. Ambillah bahan tanaman sakit dan bersihkan dari kotoran. Potong – potong bahan tersebut, sertakan bagian hyang sehat dan yang sakit. Rendam bahan yang telah dipotong di dalm klorox 0,5% selama 1 – 2 menit. Cuci bahan dengan air steril. Masukkan bahan tersebut ke dalam Petridis yang telah berisi air steril. Robek – robek bahan tersebut dengan jarum preparat hingga massa bakteri keluar dari bahan dan bercampur dengan air steril (suspensi bakteri). Dengan jarum ose, suspense bakteri diambil dan digoreskan di atas agar di dalm petridish. Inkubasikan selama 1 – 2 hari. Biakan yang tumbuh dipindah ke agar miring dengan jalan mengambil massa bakteri dari petridish dengan jarum ose, digojog hingga homogeny, lalu digoreskan pada agar miring. Amati hasilnya. Isolasi bakteri dari bahan tipis dengan menyediakan petridish steril dan isilah dengan PDA tegak yang telah dicairkan. Ambilah bahan tanaman sakit dan bersihkan dari kotoran. Potong – potong bahan tersebut, sertakan bagian yang sehat dan sakit. Rendam bahan yang telah dipotong di dalam klorox 0,5% selama 1 – 2 menit. Cuci bahan dengan air steril. Masukkan bahan tersebut ke dalam petridis yang telah berisi air steril. Robek – robek bahan tersebut dengan jarum perparat hingga massa bakteri keluar dari bahan dan bercampur dengan air steril (suspensi bakteri). Dengan jarum ose, suspensi bakteri diambil dan digoreskan di atas agar di dalam petridish. Inkubasikan selama 1 – 2 hari. Biarkan yang tumbuh dipindahkan ke agar miring dengan jalan mengambil massa bakteri dari petridish dengan jarum ose, digojog homogen, lalu digoreskan pada agar miring, dan Amati hasilnya.



IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentudari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Isolasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode cawan tuang dan metode cawan gores. Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan.
Teknik Postulat Koch meliputi empat tahapan, yaitu asosiasi, isolasi, inokulasi, dan reisolasi. Asosiasi yaitu menemukan gejala penyakit dengan tanda penyakit (pathogen) pada tanaman atau bagian tanaman yang sakit. Isolasi yaitu membuat biakan murni pathogen pada media buatan (pemurnian biakan). Inokulasi adalah menginfeksi tanaman sehat dengan pathogen hasil isolasi dengan tujuan mendapatkan gejala yang sama dengan tahap asosiasi. Reisolasi yaitu mengisolasi kembali patogen hasil inokulasi untuk mendapatkan biakan patogen yang sama dengan tahap isolasi.
Penyebab penyakit antraknosa adalah jamur Colletotricum capsici. .iamur Colletotricum capsici tergolong pada Divisi Eumycota, Subdivisi Deuteromycotina, Kelas Deuteromycetes, Ordo Melanconiales dan Genus Colletotrichum . Dalam hasil pengamatan antraknosa memberikan ciri-ciri koloni putih dan orange. Koloni berwarna orange yang merupakan ciri-ciri jamur Colletotricum capsici.
Penyakit bercak daun cercospora merupakan penyakit paling sering menyerang
pertanaman kacang tanah di lapangan. Sampai saat ini petani tidak begitu memperhatikan penyakit tersebut, padahal serangan yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah polong total, jumlah polong bernas, jumlah dan berat biji per tanaman . Penyakit bercak kacang tanah ( Cercospora aracidicola) merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri. Bercak daun yang terdapat banyak di negara ini disebut dengan tikka, terdapat disemua negara penanam kacang tanah, termaksud di Indonesia.
    Dalam praktikum ini , media ditambahkan dengan asam laktat untuk mengurangi kontaminasi bakteri. Pada saat isolasi tanaman inang diolesi alkohol dan kloroks. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terserang infeksi mikroba luar. Sehingga keberhasilan isolasi meningkat dan infeksi akibat dari mikroba luar menurun.



Hasil pengukuran pada isolasi cabai (Colletotricum capsici)
   
Pada praktikum ini dilakukan pengisolasian mikroba yang merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan bahwa diameter koloni pada media tumbuh dan bertambah banyak. Hal ini disebabkan bakteri yang ditumbuhkan pada media tumbuh karena media yang digunakan sesuai dengan karakteristik nutrisi, suhu, pH, dan lingkungan yang dibutuhkan bakteri untuk tumbuh sehingga bakteri dapat tumbuh dengan baik. Bentuk bakteri yang telah didapat dari hasil isolasi dari biakan murni yang telah tersedia adalah berbentuk lapisan pada atas permukaan media berwarna putih orange dan menyebar diatas permukaan media. 







Hasil pengukuran pada isolasi kacang tanah (Cercospora aracidicola)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan bahwa diameter koloni pada media tumbuh dan bertambah banyak. Pada minggu pertama sampai minggu ketiga koloni tumbuh bertambah banyak tapi pada minggu ke empat sampai ketujuh pertumbuhan tidak terlalu cepat dibandingkan dengan minggu pertama sampai minggu ke tiga. Hal ini disebabkan jamur yang ditumbuhkan pada media tumbuh karena media yang digunakan sesuai dengan karakteristik nutrisi, suhu, pH, dan lingkungan yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh sehingga jamur dapat tumbuh dengan baik. Bentuk jamur yang telah didapat dari hasil isolasi dari biakan murni yang telah tersedia adalah berbentuk lapisan pada atas permukaan media berwarna putih dan menyebar diatas permukaan media. 

V. KESIMPULAN
1. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari  lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.
2.  Postulat Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu.
3. Penyebab penyakit antraknosa adalah jamur Colletotricum capsici dan Penyakit bercak daun cercospora disebabkan oleh jamur Cercospora spp
4. Diameter  koloni pada media tumbuh bertambah pada setiap harinya.


DAFTAR PUSTAKA

Agrios,G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Amin . 2001. Efektifitas Bakteri Asam Laktat dalam Menghambat bakteri . Erlangga.

Pamekas,T. 2007. Potensi Ekstrak Cangkang Kepiting Untuk Mnegendalikan Penyakit Pasca Panen Antraknosa pada Buah Cabai merah. Universitas Bengkulu.Bengkulu, Vol(10) No 1 , hal :72-75

Arif, A. 2007. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan dan Latihan Taboo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Perrenial, 3(2): 49-54.
BPS. 1995. Survei Pertanian. Luas dan Intensitas Serangan Jasad Pengganggu Padi dan Palawija di Indonesia. BPS, Jakarta. 241 hlm.

Elisabeth. 1960. A Medium for the Cultivation of Lactobacilli. J. Appl. Bact. 23. 130-135.

Gilang, Restu. 2012. Postulat koch. Di unduh 10 Oktober 2016 di http://restugilang08.student.ipb.ac.id/2010/06/21/postulat-koch/
Hakikah, Sylvia. 2010. Postulat Koch. Di unduh 10 Oktober 2016 di http://sylviahakikah08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/postulat-koch/html.
Halimi, E. S., Zaidan, A. Hendryan dan Hcrmawan. 1997. Studi Penerapan Scieksi In-Vitro Untuk Sifat Resistensi Terhadap Penyakit Anlraknosa pada Tanaman Cabai {Capsicum sp). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Ilmu-Ilniu Pertanian: Pekanbaru, Juni 1999. Hal. 31-41 .

Jusfah, J. 1985. Pengaruh Cercospora personata terhadap hasil kacang tanah (Arachis hypogaea). hlm. 81-82. Kongres Nasional VIII PFI, Jakarta, Oktober 1985.

Lakshmi U1, Sri Deepthi R2, Pedda Kasim D3, Suneetha P4  Krishna MSR.2014. Anthracnose, a Prevalent Disease in Capsicum.Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences : India

Malaka, R dan A. Laga. 2005. Isolasi dan identifikasi Lactobacillus bulgaricus strain ropy dari yogurt komersial. Sains dan Teknol. 5(1):50-58.

Moat, A,G. 2002.Microbial Physiologi, Jhon Wiley and Sons , New York,600 p.

Mutiara, T, dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erangga.
Purnomo, Bambang dkk. 2015. Penuntun praktikum penyakit tanaman. Laboratorium IHPT : Fakultas Pertanian UNIB.
Rahmaningsih, S, dkk. 2012.. Bakteri Patogen dari Perairan Pantai dan Kawasan Tambak di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Ekologia, 12(1):1-5.
Saryono, dkk. 2002. Isolasi dan Karakteristik Jamur Penghasil Inulinase yang Tumbuh pada Umbi Dahlia. Natural Indonesia, 4(2): 171-177.
Semangun, H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Setiadi. 2001. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Singh, R.S. 1969. Plant Diseases. Oxford Ibh Publishing Co. PVT.LTD, New
Delhi, India.
Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta. 449 hlm.

Sudjono, M.S. 1989. Ketahanan varietas unggul dan kehilangan hasil kacang tanah terhadap penyakit karat dan bercak daun Cercospora. Penelitian Pertanian 9(1): 19-22. Sunihardi, Yunastri, dan S.

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Sinclair. 1994. Livestock and Farm Management. Advisers at The Unit. NAC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar