Rabu, 11 Mei 2016

Budidaya Padi Metode SRI


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Peningkatan produktivitas padi merupakan kunci pembangunan kemandirian pangan Indonesia.Upaya ini bukan saja dihadapkan pada batas kemampuan teknologi dan pengaturan   yang ada selama inidenganpermasalahansosiokultural yang menyertainya namun juga dituntut untuk dapat memenuhi criteria ramah lingkungan dan mutu produk yang lebih sehat (Masyud, 2013).
Pemerintah telah mentargetkan swasembada beras dan bahkan surplus beras sebanyak 10 juta ton padatahun 2014, melalui program peningkatan produksi beras Nasional (P2BN).  Program ditempuh antara lain melalui penerapan dan pengembangan System of Rice Intensification (SRI), selain SL-PTT dan GP3K. Oleh karena paket teknologi SRI ini relative baru, maka kinerja SRI di lapang perlu dievaluasi sejak awal program, mengingat pada tahun 2013 dan 2014 target untuk pengembangan SRI adalah 200.000 ha dan 250.000 ha, sedangkan pada 2012 ditargetkan hanya 35.000 ha dari asalnya 11.920 ha tahun 2011 (Makarim, 2012).
Untukmeningkatkanhasilproduksi (khususnyapadi) biasanya petani mengupayakannya dengan meningkatkan biaya produksi diantaranya berupa peningkatan penggunaan kuantitas dan kualitasbenih,pupuk dan pestisida / insektisida. Pada awalnya penambahan biaya produksi ini bias memberikan peningkatan kepada hasil pertanian,namun untuk selanjutnya tingkat produksi kembali menurun.Salah satu harapan sebagai solusi terbaik bagi pertanian di Indonesia dalam peningkatan hasil produksi yaitu melalui pola pertanian dengan System of Rice Intensification (SRI). SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaantanah, tanamandan air melalui pemberdayaan kelompok kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan(Anonim a, 2011).
1.2    Rumusan Masalah
•    Bagaimana Awal mula muncul adanya Budidaya Padi dengan Metode SRI?
•    Mengapa metode ini disebut metode SRI?
•    Apa prinsip utama metode SRI?
•    Bagaimana Perbedaan Metode SRI dengan Metode Konvensional?
1.3    Tujuan
•     Memperbaiki kualitas/ kesuburan lahan sawah melalui pemberian asupan bahan organik.
•    Mengefisiensikan penggunaan saprodi dan pemanfaatan air.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Sejarah
    System  of  Rice  Intensification  (SRI) ditemukan  oleh  Henri  de  Laulanie,  pastur  Jesuit  asal  Perancis  yang  tinggal  di Madagaskar.  Pada  1961  Henry  yang  berimigrasi  ke  negara  di  seberang  timur  di  Benua Afrika itu berusaha mencari metode bertani untuk mendongkrak produktifitas padi guna meningkatkan kesejateraan petani. Metode  temuan  Henry tersebut kemudian diperkenalkan ke dunia luar mulai tahun 1990‐an, diantaranya oleh Prof.  Norman  Uphoff  dari  Universitas  Cornell,  Amerika  Serikat.  Sampai  sekarang,  SRI telah  diaplikasikan  di  32  negara,  Cina  mulai  melakukan  berbagai  penelitian  berkaitan dengan SRI ini. Pada  akhir  tahun  90‐an  dan  awal  tahun  2000‐an,  di  Indonesia  mulai  dilakukan penelitian  tentang  System  of  Rice  Intensification . Saat ini SRI sedang dikembangkan secara luas di Jawa Barat  oleh Kementerian Pekerjaan Umum, salah satu didelegasikan kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung, pejabat pembuat komitmen Irigasi dan Rawa 1 yang berkedudukan di Cirebon, bekerja sama Teknis dan Fasilitas pelatihan dan Tim Pengembang SRI Jawa Barat.(Anonim a, 2011)
2.2    Pengertian Budidaya Padi Metode SRI
System of Rice Intensification (SRI) adalah cara budidaya padi pada lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan petani / kelompok tani / P3A / Gapoktan dan kearifan lokal (Anonim a. 2014). Menurut Suitna (2010) pola tanam SRI mengubah struktur tanaman padi yaitu kerapatan serta jumlah akar dan anakan dengan merubah cara-cara dalam pengaturan tanaman padi, tanah tempat tanaman tersebut tumbuh dan air yang diterima tanaman melalui irigasi sehingga tanaman padi dapat lebih produktif.
Metodologi  ini  menekankan  pada  pentingnya  mengeluarkan  dan  memanfaatkan  potensi genetik tanaman padi dan memadukan dengan penciptaan lingkungan yang baik  bagi  tanaman.  Hal  terpenting  dalam  penciptaan  lingkungan  adalah  bagaimana merangsang  aktivitasmikroorganisme  dalam  membantu  penyediaan  unsur  hara  bagi  tanaman (Suharto et al, 2011).






2.3    Dasar-Dasar Budidaya Padi dengan Metode SRI
Dasar‐dasar yang digunakan dalam pelaksanaan metodologi SRI adalah :
1. Tanaman  padi  akan  berproduksi  tinggi  bila  siklus  hidupnya  dimulai dengan  bibit muda yang dipindah tanamkan secara hati‐hati dengan jarak tanam relatif lebar.
2. Tanaman  padi  akan  berproduksi  tinggi  bila  tumbuh  ditanah  yang  memiliki  drainase baik dan memiliki aerasi (pertukaran udara dalam tanah) yang baik selama periode pertumbuhan.
3. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik, jika tanah tempat tumbuhnya merupakan tanah  yang  sehat  secara  biologis.  Yakni  tanah  yang  memiliki  keragaman mikroorganisme tanah.
4. System  of  Rice  Intensification  (SRI)  mengharuskan  adanya  suatu  sinergi  dalam budidaya  tanaman.  Sinergitas  dalam  budidaya  tanaman  ini  didasari  atas  pemikiran bahwa  setiap  perlakuan  atau  tindakan  yang  dikenakan  pada suatu  bagian  akan memberikan  sumbangan  dan  mempengaruhi  pada  perkembangan  bagian  lainnya. Demikian  juga  sebaliknya.  Misalkan,  drainase  dan  aerasi  tanah  yang  baik  memiliki sumbangan  terhadap  munculnya  lingkungan  yang  baik  dan  berpengaruh  terhadap perkembangan  tumbuhan.  Drainase  dan  aerasi  tanah  yang  baik,  akan  dipengaruhi dan  mempengaruhi  pada  seberapa  banyak  jumlah  bahan  organik  yang  harus dimasukkan kelahan pertanian (Suharto et al, 2011).
   
2.4    PerbedaanPrinsip Budidaya Padi Metode SRIdenganKonvensional

A.    Pengolahantanah
Pengolahan tanah untuk Tanaman Padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi secara konvesional yaitu dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhindar dari gulma.  Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur.  Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.( Mutakin,2012)


B.    PengujianBenih
Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam.  Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukan telur, maka telur akan mengapung.  Benih yang baik untuk dijadijan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut.  Kemudian benih telah diuji direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organic (1:1) di dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm(pipiti)  selama 7 hari.  Setelah 7 – 10 hari benih padi sudah siap ditanam.Pada pertanian konvensional tidak ada teknik khusus untuk menyeleksi benih. Benih hanya direndam di dalam air selama 1 hari 1 malam, selanjutnya benih diperam selama 2 hari 2 malam, dan benih siap untuk disemaikan.




C.    KebutuhanBenihdanPersemaian
Padapertaniankonvensionalpersemaiandilakukanlangsung di lahansawahdengankebutuhanbenih yang banyakyaituantara 30-40 kg/ha.sedangkanpadaumurpersemaian system konvensionaldilakukanpadaumur 20-30 harisetelahsemai.Padametode SRI persemaianbisadilakukandenganmenggunakanwadahdengankebutuhanbenih yang sedikityaituantara 5-7 kg/ha.Sedangkanpadaumurpersemaiannyametode SRI di lakukanpadaumur 7-10 harisetelahtanam.
D.    Umurpersemaian
Pada umumnya, petani terbiasa menggunakan bibit relatif tua, yakni sekitar
25 – 30 hari. Hal ini didasari pada keyakinan dari kebanyakan petani bahwa dengan menanam  bibit  tua  akan  menghasilkan  tanaman  yang  tahan  terhadap  hama  dan lebih kuat mudah menanamnya  disamping itu , pilihan pada bibit yang berumur tua didasarkan pada kemudahan dalam pencabutan bibit dan akan cepat hidup. Kenyataannya,  penggunaan  bibit  berumur  tua  berakibat  pada  produksi jumlah  anakan  padi  yang  tidak maksimal. Selain itu, umumnya pertumbuhan mengalami tanaman keterlambatan. Karena  pada  saat  pemindahan tanaman, terjadi kondisi stagnasi dan adaptasi sehingga daya jelajah akar dalam mencari makanan terbatas.Sedangkanpada  bibit  umur muda dalam prakteknya, menanam  bibit  padi  yang  berumur  5–15  hari  menghasilkan  pertumbuhan  tanaman lebih cepat karena akar tercabut semua daya jelajah akar lebih jauh perkembangan akar menjadi maksimal pada akhirnya kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi. Bahkan, ketika  tanaman  padi  telah  berumur  13  hari  setelah  tanam,  jumlah  anakan  sudah mencapai  rata‐rata  5  batang.  Jumlah  anakan  ini  berpotensi untuk  terus  bertambah sesuai dengan perkembangan umur tanaman. Praktek yang sudah dilakukan dengan menggunakan  bibit  tanaman  umur  10  hari,  menghasilkan  jumlah  anakan  maksimal 30‐50 batang dalam setiap rumpunnya.

E.    Jarak Tanam Lebar
Kebiasaan  yang  dilakukan  oleh  petani  dalam  menanam  padi,  biasanya menggunakan jarak tanam yang rapat, yaitu 20 cm x 20 cm atau bahkan 15 cm x 15 cm. bahkan di beberapa wilayah di Indonesia tidak menggunakan jarak tanam atau ditanam secara acak. Kebiasaan ini  didasarkan  oleh  bermacam‐macam alasan diantaranya adalah  :  kepemilikan  yang sempit,  sehingga muncul  rasa kawatir  atau  merasa  sayang. Dengan  menggunakan  jarak tanam  yang  sempit,  petani Tanam Lebar/ Jajar Legowoberpikiran  akan  menghasilkan padi  lebih  banyak  karena jumlah  tanamannya  lebih  banyak.  Alasan‐alasan  tersebut,  merupakan  alasan  yang sangat logis. Namun di dalam prakteknya, harapan yang dijadikan alasan oleh petani tersebut  seringkali  luput dari  yang  diharapkan,  tanam  jarak  rapat  menyebabkan tanaman lembab dan gelap sehingga akan disenangi hama seperti , wereng dan tikus disamping itu tanaman yang lembab sangat berpotensi berkembangnya jamur . Model  SRI menggunakan  prinsip  jarak  tanam  yang  lebar.  Dalam  berbagai literatur  jarak  tanaman  yang  dianjurkan  adalah  35  –  40  cm.  namun  demikian, sebenarnya  tidak  ada  jarak  tanam  yang  baku.  Jarak  tanam  ini  harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.  Pentingnya menggunakan jarak tanam yang cukup lebarkarenadidasarkan pada  kebutuhan  makanan bagi  tanaman,  mendorong  pertumbuhan  akar  secara maksimal,  dan memaksimalkan  sinar  matahari  yang  masuk  secara  optimal.  Denganmenggunakan jarak tanam yang cukup, tanaman dapat tumbuh berkembang dengan baik dan menghasilkan produksi secara baik pula.

F.    Penanaman
Dalam  metode  SRI  menggunakan  model penanaman hanya 1 bibit umur muda dalam setiap lubangnya (tancap). Dengan menanam 1 bibit umur  muda  dalam  setiap  lubang,  memungkinkan  tanaman  tumbuh dengan  cepat dan mampu memproduksi anakan secara maksimal.
Sedangkanpadametode SRI Pada  umumnya, petani  menggunakan jumlah bibit batang 3‐5 perlubang (dalam  satu  tempat tancapan) bahkan ada dan yang mencapai  6‐12  bibit per  lubang.  Hal  ini didasarkan  kepada pemikiran  bahwa semakin  banyak bibit yang digunakan akan semakin baik. Selain itu adanya asumsi yang menyatakan bahwa menanam  padi  dengan  menggunakan  bibit  dalam  jumlah  banyak  di  setiap  lubang akan  menghasilkan  malai  lebih  banyak.  Umumnya  petani  menggunakan  asumsi serangan  hama,  kalau  ditanam  banyak,  maka  ketika  ada  serangan  hama  seperti keong mas atau penggerek batang padi, masih ada yang tersisa. Padahal hama tidak pernah  memiliki logika  manusia.  Karena  kalau  hama  mau  menyerang,  dia  tidak peduli  dengan  jumlah  yang  ditanam  disamping  itu  petani  merasa  puas  bila  habis ditanam sawah kelihatan menghijau dan padat .  Akibatmenggunakan bibit yang banyak dalam satu tancapan (lubang) adalahtanaman  tidak  bisa  berkembang  dengan  baik.  Hal  ini  dikarenakan  terjadi persaingan dalam memperebutkan makanan dan kekurangan sinar yang diperlukan bagi  tanaman. 

G.    Penggunaan Pupuk
Tanaman  akan  dapat  tumbuh  dengan  baik,  jika  berada  dalam  lahan  memiliki kualitas  baik.  Lahan  yang  berkualitas  baik  adalah  lahan  yang  memiliki  unsur  hara mencukupi  bagi  tanaman,  memiliki  keanekaragaman  mikroorganisme  yang  mampu menjaga kesuburan tanah, dan terbebas dari pencemaran. Penggunaan pupuk kimia dan  pestisida (buatan pabrik) dalam  jumlah  yang tinggi, terbukti telah memberikan dampak atas turunnya kualitas tanah. Untuk itulah diperlukan perbaikan‐perbaikan. Penggunaan bahan organik  atau  pupuk  organik merupakan  syarat  mutlak yang  harus  dilakukan  dalam memperbaiki  kualitas  tanah tersebut.  Penggunaan  bahan organik telah terbukti mampu memberikan Penggunaan Pupuk Organiksumbangan terhadap  perbaikan  struktur tanah dan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.  Dalamprakteknyatidak  harus  memperbaiki  tanah  sampai  selesaiterlebih dahulu,  baru  kemudian  menanam  padi  dengan  metode  SRI.  Namun  bisa  dilakukan dengan menanam padi dengan metode SRI, sambil memperbaiki kualitas tanah.Pemberian pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah  dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan.  Kebutuhan  pupuk organik pertama setelah menggunakan system konvensional adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim tanam.  Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan kebutuhan.   Pemberian  pupuk organic dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah. Pada pertanian konvensional menggunakan pupuk Urea, TSP, dan KCl.

H.    Pengaturan Air
Tanaman  padi memang  membutuhkan  air  pada sebagian tahap kehidupannya. Sehingga  dalam  praktek  budidaya, tanaman  padi  selalu  diupayakan dalam genangan.  Padi  menyukai  tanah  yang lembab  dan  becek  sebagai  syarat tumbuh.  Untuk  itu,  tanaman  padi  sebenarnya  tidak  perlu  air  yang  melimpah (penggenangan),  namun  juga  tidak  dalam  situasi  tanah  kering.  Dengan  demikian, diperlukan  pengaturan  air  dengan  bijaksana.  Dalam  praktek,  air  yang  diperlukan adalah macak‐macak (becek). Dengan pengaturan air yang baik, akan terjaga aerasi tanah yang baik pula. Aerasi yang baik adalah syarat tumbuh yang baik bagi tanaman padi. Bila  sawah  selalu  digenangi  air  maka  aerasi  (siklus  udara  dalam  tanah) tidak masimal sehingga tanah menjadi asam , tanaman menjadi mengkrek (jawa asem –asemen) yang akhirnya dibutuhkan pengapuran dan pengeringan . Di bawah ini pola pengaturan air dengan metode SRI :
Pengairanpadametode SRI terputus (sawahtidakterusmenerusdigenangi air).Ada sistemdrainase yang baik di tiappetak-petaksawah. Ketikapadimencapaiumur 1-8 harisesudahtanam (HST), keadaan air di lahanadalah “macak-macak”.Sesudahpadimencapaiumur 9-10 HST  airkembalidigenangkandenganketinggian 2-3 cm selama 1 malamsaja. Inidilakukanuntukmemudahkanpenyiangantahappertama.Setelahselesaidisiangi, sawahkembalidikeringkansampaipadimencapaiumur 18 HST.Padaumur 19-20 HST sawahkembalidigenangiuntukmemudahkanpenyiangantahapkedua.  Selanjutnyasetelahpadiberbunga, sawahdiairikembalisetinggi 1-2 cm dankondisiinidipertahankansampaipadi “masaksusu” (± 15-20 harisebelumpanen). Kemudiansawahkembalidikeringkansampaisaatpanentiba.

I.     Pengendalian hama dan gulma dengan metode organik 
Pengendalian hama dalam metode SRI harus menerapkan cara organik dengan
konsep  PHT  yaitu  pada  dasarnya  menjaga  kesehatan  tanam  mengendalikan  hama dengan  memperhatikan  sisi  ekonomi  serta  melestarikan  sumber  daya  hayati, pengunaan  agentia  hayati  harus  dibatasi  agar  tidak  terjadi  kekebalan  hama, pengendalian  gulma  secara  manual    seperti  wangkil,  landak  dan  di  jabut  dengan tangan  merupakan  cara  yang  bijak  pengunaan  landak  dapat  memperlancar  sistem aerasi  tanah.  Teknologi  PHT  akan  lebih  efektif  dengan  sistem  jajar  legowo  karena padi akan kecukupan udara dan memudahkan perawatan tanaman.





Ada 4 prinsip dalam metode SRI (Anonim C, 2015) yaitu  :
a.    Early, quick and healthy plant estasblishment (Awal, cepat dan penyediaan bibit sehat)
b.    Reduced pnt density (Kerapatan tanaman berkurang)
c.    Improved soil conditions through enrichment with organic matter (Kondisi tanah ditingkatkan melalui pengayaan dengan bahan organik)
d.    Reduced and controlled water aplication (Pengurangan dan pengendalian penggunaan air).


2.5    Perbedaan  Budidaya Padi Metode SRI dengan Metode Konvensional
No    Komponen    Sistem konvensional    Sistem organic SRI
1    kebutuhan benih
    30-40 kg/ha
    5-7 Kg/ha

2    pengujian benih    tidak dilakukan
    dilakukan pengujian

3    umur di persemaian    20-30 HSS    7-10 HSS
4    Pengolahantanah    2-3 kali (strukturlumpur)    3 kali (strukturlumpurdan rata)
5    Jumlahtanaman per lubang    Rata-rata 3- 5 pohon    Satupohon/lubang
6    Posisiakarwaktutanam    Tidakteratur    Posisiakar horizontal (L)
7    Pengairan    Terus di genangi    disesuaikan dengan kebutuhan

8    Pemupukan    Mengutamakanpupukkimia    hanya dengan pupuk organik

9    Penyiangan    Diarahkankepadapemberantasangulma    diarahkan kepada pengelolaan
perakaran
10    Rendemen    50-60%    60-70%







2.6    Kelebihan Metode SRI

1.    Efisiensi penggunaan benih, dari 40‐60 kg/Ha menjadi 8‐10 kg/Ha.
2.     Efisiensi  biaya  pembuatan  persemaian  dan  cabut  bibit,  karena  pesemaian
menggunakan media besek dan saat tanam besek langsung dibawa.
3.     Memperbaiki kesuburan tanah, karena SRI tidak dilakukan penggenangan air secara
terus‐menerus  sehingga  tidak  terjadi  keasaman  tanah  dan  aerasi  tanah  berjalan
dengan baik.
4.     Batang tanaman kokoh dan kuat, sehingga tahan terhadap serangan hama penyakit
dan anakan produktif relatif lebih banyak. (Suharto, 2011)


































BAB III
PENUTUP
1.4    Kesimpulan
•    System of Rice Intensification (SRI) adalah cara budidaya padi pada lahan sawah beririgasi dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.
•    Prinsip Budidaya Padi dengan Metode SRI
o    Early, quick and healthy plant estasblishment (Awal, cepat dan penyediaan bibit sehat)
o    Reduced palnt density (Kerapatan tanaman berkurang)
o    Improved soil conditions through enrichment with organic matter (Kondisi tanah ditingkatkan melalui pengayaan dengan bahan organik)
o    Reduced and controlled water aplication (Pengurangan dan pengendalian penggunaan air)
•    Metode SRI diklaim bisa meningkatkan produksi padi lebih dari 50 persen dengan kualitas beras yang dihasilkan lebih baik. Dinyatakan pula oleh penggagas metode ini bahwa penggunaan SRI dapat mengurangi input dan biaya yang dikeluarkan petani berupa efisisensi penggunaan bibit sebesar 80–90 persen, pemberian air irigasi antara 25–50 persen serta mengurangi ketergantungan pada penggunaan pupuk kimia

•    Tahapan Pola Tanam Padi SRI
o    Pengolahan Tanah
o    Pembuatan Parit
o    Pemilihan benih yang baik
o    Persemaian benih
o    Penyaplakan
o    Penanaman metode SRI
o    Pemupukan
o    Pengelolaan air
o    Penyiangan
o    Pengendalian hama
o    Panen

DAFTAR PUSTAKA
Masyhud, Akhmad Jani dan Wenny Mamilianti. 2013. KAJIAN PENERAPAN BUDIDAYA PADISRI DARI ASPEK SUSTAINABLE AGRICULTURE-1.Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan.
Anonim a. 2014 . Pedoman Teknis Pengembangan System Of Rice Intensification. Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementrian Pertanian.
Anonim b.2015. SRI Methodologies. http://sri.cals.cornell.edu/aboutsri/methods/index.html. Diakses tanggal 26 Februari 2016.
Anonim c. 2015. Mengenal Metode Padi SRI System Of Rice Intensification.http://www.agrotani.com/mengenal-metode-padi-sri-system-of-rice-intensification/.Diakses tanggal 11 Maret 2016. 
Suharto, imam, dan Suswandi. 2011. Manual Pembelajaran Penerapan SRI (System Of Rice Intensification) di Lahan Tadah Hujan di Kabupaten Boyolali. System Of Rice Intesification Website.
Suitna, R Utju. 2010. Pola Tanam SRI. Go SRI. Health Rice. July
Saleh, Edward, Angela F. Nainggolan dan Lismaria Butarbutar.2012.Budidaya Padi Dalam Polibag dengan Irigasi Bertekanan untuk Antispasi Pesatnya Perubahan Fungsi Lahan sawah.Jurnal Teknotan. Vol. 6 : Nomor 1.
Mutakin,J.2012.Dasargagasandanpraktiktanampadimetode SRI(System Of Rice Intensification).Tesis.pascasarjana.Unpad Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar