PERBEDAAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) OLEH PETANI DENGAN TEORI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran buah yang termasuk famili Leguminoceae. Tanaman buncis cocok dibudidayakan dan berproduksi baik pada dataran medium maupun dataran tinggi. Ketinggian ideal bagi tanaman ini adalah 1000-1500 meter dari permukaan laut dengan suhu 20-25oC. Namun, budidaya buncis masih bisa dilakukan di dataran rendah hingga 400 meter dari permukaan laut.
Budidaya buncis memerlukan cahaya matahari yang banyak dengan curah hujan sedang. Tanaman ini cocok dibudidayakan diakhir musim hujan dan awal kemarau. Buncis juga peka terhadap genangan air sehingga drainase lahan harus benar-benar diperhatikan. Kacang buncis tumbuh melilit, mempunyai akar tunggang dan sisi yang panjang dan memerlukan tiang untuk memanjat.
Di Indonesia terdapat dua tipe tanaman buncis. Ada yang tumbuhnya merambat dan tegak. Buncis yang merambat bisa memiliki ketinggian hingga 2 meter dan mudah rebah. Oleh karena itu, perlu bantuan lenjeran bambu untuk menopangnya. Sedangkan tipe yang tegak tinggi hanya 60 cm dan tidak memerlukan lenjeran bambu untuk tumbuh.
Sentra Penanaman
Saat ini kacang buncis sudah ditanam di 26 provinsi. Daerah sentra pertanaman yang termasuk enam besar secara berurut adalah: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara dan Bali. Sedangkan sentra kacang jogo terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan NTT, Bengkulu dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daerah yang sejak lama menjadi sentra pertanaman buncis antara lain Kotabatu (Bogor), Pengalengan dan Lembang (Bandung) dan Cipanas (Cianjur). Sedangkan pusat terbesar pertanaman kacang ijo anatara lain daerah Garut (Jawa Barat).
Taksonomi tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
B. Tujuan
Tujuan dalam tugas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana petani buncis menerapkan teori dalam budidaya tanaman sayuran.
.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan maka didapatkan hasil wawancara budidaya tanaman buncis oleh petani yang menggunakan varietas Inti-3 yang dibeli di saprodi desa setempat dengan menggunakan uji vigor di dalam pengujian lapangan.dengan ketinggian tempat 1100 mdpl. Hasil yang didapatkan oleh petani setiap kali panen sebesar 27,5 ton dalam satu hektar. Berikut ini perbandingan teori dan praktek yang dilakukan petani:
1. Pembibitan :
Menurut teori pembibitan dilakukan dengan memilih bibit dengan persyaratan sebagai berikut:
• Mempunyai daya tumbuh minimal 80%
• Bentuknya utuh
• Bernas
• Warna mengkilat
• Tidak bernoda coklat terutama pada mata bijinya
• Bebas hama penyakit
• Seragam
• Tidak tercampur dengan varietas lain
• Bersih dari kotoran
• Tumbuhnya cepat dan merata
• Menghasilkan tanaman dewasa yang normal
• Produksi tinggi
Sedangkan hasil observasi pemilihan bibit dilakukan sebagai berikut
• Memilih bibit yang disediakan di saprodi
• Pilih benih dari tanaman buncis yang bagus, dengan daya tumbuh 80-85%.
• Bentuknya bernas dan utuh.
• Seragam, tidak campur dengan varietas buncis lain.
2. Pengolahan tanah
Menurut teori pengolahan tanah dilakukan dengan pembersihan rumput-rumputan, penggemburan tanah, dan pembuatan parit. Pembersihan rumput rumputan bermaksut agar tidak terjadi persaingan unsur hara antara tanaman pokok dengan rumput. Setelah bersih dari gulma, pekerjaan selanjutnya adalah membajak tanah. Tanah dibajak dan dicangkul satu sampai dua kali sedalam 20- 30 cm. Selanjutnya untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan dibuat bedengan bedengan dengan ukuran panjang 5m, lebar 1m, dan tinggi 20cm. Jarak antar bedengan 40 – 50 cm. Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pembrian pupuk kandnag atau kompos sebanyak 15-20 kg/10 m2 ,saat pemberian pupuk dasar dapat juga diberikan nematisida.
Sedangkan hasil observasi melakukan pemilihan bibit dilakukan sebagai berikut
Pengolahan tanah dilakukan dengan membersihan rumput,penggemburan tanah, dan pembuatan parit dilakukan dengan cara mencangkul lahan tersebut kemudian membuat guludan dengan ukuran 5m dan lebar 20cm ,tinggi 15 cm dengan jarak guludan 70 cm. Kemudian di tambah pupuk dasar dengan menggunakan pupuk kompos dan pengapuran.
3. Penanaman
Menurut teori penanaman dilakukan dengan pola pagar atau barisan karena penanamanya dilakukan pada bedengan atau guludan. dengan jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm atau 20 x 40 cm pada tanah yang kesuburanya tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya gulma, karena akan lebih cepat tumbuh pada tanah yang subur. Setelah menentukan jarak tanam kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam itu lurus dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, penggaris/ tali. Kedalaman tugal 4 -6cm untuk tanah remah atau gembur, sedangkan 2 – 4 untuk tanah liat, hal ini disebabkan pada tanah liar kandungan airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan busuk sebelum berkecambah. Tanaman buncis tidak memerlukan persemaian karena sukar dipindahkan sehingga benih buncis dapat langsung ditanam dilahan. Tiap lubang tanam dapat diisi 2-3 benih, setelah itu ditutup dengan tanah.
Sedangkan hasil observasi penanaman sebagai berikut
Penanaman dilakukan dengan dengan pola barisan dengan jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan tali. Tempat yang diberi tanda tersebut juga ditugal dengan kedalaman tugal 5 cm. Kemudian benih dimasukkan dalam lubang sejumlah 2 butir benih.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu sebagai berikut
• Penyulaman
Menurut teori Biji buncis dapat tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang tidak tumbuh harus segera diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda jauh dan memudahkan pemeliharaan.
Sedangkan hasil observasi penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam.
• Pemupukan
Menurut teori Pemupukan pada tanaman buncis dilakukan dengan alasan hara tanaman yang disediakan oleh tanaman dalam jumlah yang terbatas. Zat hara yang disediakan tanah sewaktu-waktu bisa berkurang karena tercuci ke lapisan tanah yang lebih dalam, terbawa erosi bersama larutan tanah, hilang melalui proses evaporasi dan diserap oleh tanaman. Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerusmaka ketersediaan unsur hara bagi tanaman akan berkurang, untuk mencukupi unsur hara tersebut maka perlu tambahan dari luar melalui pemupukan . diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah. Sehingga tanaman akan subur. Pemupukanini dapat dilakukan pada umur 14 – 21 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah pupuk urea sebanyak 22kg/ha, caranya cukup ditugal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu diberi pupuk dan ditutup kembali dengan tanah.
Sedangkan hasil observasi Pemupukan menggunakan pupuk kadang sebanyak 15 kg/ 10m2, dan menggunakan pupuk urea 300 kg/ ha, KCL 250 kg. Pemupukan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam.
• Pengairan
Menurut teori Biasanya pengariran dilakukan biloa penanamanya dilakukan pada musim kemarau yaitu pada umur 1-15 hari . pelaksanaanya dilakuan 2kali sehari , setiap pagi dan sore hari bila penanamanya dilakukan pada musim hujan , yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangaan airnya . kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan .
Sedangkan hasil observasi Pengairan dilakukan dengan dialiri air dan kadang juga disiram. Pengairan melalui parit-parit yang telah dibuat di antara bedengan atau guludan.
• Pengguludan
Menurut teori peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur kurang lebih 20 dan 40 hari . lebih baik dilakukan pada saat musim hujan . tujuan peninggian gulutan adalah untuk memperbanyak akar , menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara struktur tanah .
Sedangkan hasil observasi peninggian guludan sebesar 10 cm.
• Pemasangan turus atau lanjaran
Menurut teori untuk tanaman buncis tipe merambat perlu diberi turus , supaya pertumbuhan dapat lebih baik . biasanya turus dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2m dan lebar 4cm . turus tersebut ditancapkan didekat tanaman setiap 2 batang turus yang berhadapan diikat menjadi 1 pada bagian ujungnya sehingga akan tampak lebih kokoh . pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan peninggian guludan yang pertama yaitu pada saat tanaman berumur 20 hari.
Sedangkan hasil observasi budidaya buncis merambat ini ditambah dengan turus. Biasanya turus atau lanjaran ini dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm. Turus tersebut ditancap didekat tanaman dengan menggunakan turus tunggal pada setiap tanaman tersebut.
• Pemangkasan
Menurut teori untuk memperbanyak ranting-ranting sehingga diperoleh buah yang banyak, maka tanaman buncis perlu dipangkas . pemangkasan sebatas pembentukan sulurnya . pelaksanaan pemangkasan dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5 minggu . selain untuk memperbanyak ranting pemangkasan dimaksudkan untuk mengurangi kelembaba di dalam tanama sehingga dapat menghambat perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman yang baru dipangkas juga dapat digunakan sebagai sayuran.
Sedangkan hasil observasi pemangkasan dilakukan pada saat tanaman 14 hari dan 5 minggu.
• Pengendalian hama dan penyakit
Menurut teori Hama yang mengganggu tanaman buncis adalah penggerek polong dengan gejala polong yang masih muda mengalami perusakan , bijinya banyak yang keropos. akan tetapii kerusakan ini tidak sampai merusakan tapi tidak sampai mematikan tanaman buncis . penyebab kerusakan ini adalah ulat penggerek polong . ngengatnya berukuran kecil kurang lebih 12mm sayap mukanya panjang dan berbentuk segitiga sedang sayap belakangnya lebar dan bulat warna sayap putih seperti perak pada tepinya telur-telurnya selalu ditempatkan dibagian bawah kelopak buah. Pengendalianya dengan car taman serentak usahakan pola agar tidak ada tanaman inang disekitar pertanaman buncis dan penyemprotan dengan insektisida .
Sedangkan hasil observasi hama yang menyerang penggerek polong dengan dikendalikan oleh petani menggunakan tanam serentak dan penyemprotan dengan insektisida
5. Panen
• Panen
Panen dengan hasil yang berkualitas adalah yang dikehendaki. Untuk itu perlu memperhatikan saat panen dan cuaca panen karena saat yang tidak tepat dan cara yang salah dapat menurunkan kualitas. ciri-ciri untuk tanaman buncis yang siap panen adalah
o Warna polong masih agak muda dan suram.
o Permukaan kulitnya agak kasar.
o Biji dalam polong belum menonjol.
o Polongnya belum berserat.
o Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup.
Pelaksaan panen dapat dilakukan secara bertahap yaitu setiap 2 atau 3 hari sekali untuk memperoleh polong yang seragam dalam tingkat pemasakanya pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur kurang lebih 80hari atau kira-kira sejumlah 7 kali panen .
Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan tangan . penggunaan alat seperti pisau atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan luka pada polongnya. Bila dalam budidaya tanaman buncis sudah baik artinya sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas maka produksi per hektarnya dapat mencapai 24-40 ton.
Sedangkan hasil observasi pemanenan dilakukan dengan memetik menggunakan tangan. Pemetikan dilakukan secara bertahap setiap 3 hari sekali sedangkan hasil yang diperoleh sebesar 27,5 ton untuk semua hasil yang telah didapatkan oleh petani.
BAB III
KESIMPULAN
Dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa petani belum menerapkan semua teori tentang budidaya tanaman buncis tetapi hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan teori yang ada. Hal ini dikarenakan petani menggunakan tenaga kerja keluarga lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja luar keluarga dan petani memilih cara yang lebih praktis dengan alat sederhana.
Daftar Pustaka
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18774/2/Reference.pdf.
Setiawati wiwin,dkk. 2007 . Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran . Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Titi Setianingsih, Khaerodin. 1993. Pembudidayaan Buncis Tipe Tegak dan Merambat. Penebar swadaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar