ALLELOPHATY
I.
Tujuan
Praktikum
1. Untuk
mengetahui pengaruh senyawa beracun (allelopath) dari umbi teki ( cyperus rotundus ) pada perkecambahan
kacang hijau.
II. Tinjauan Pustaka
Tumbuhan
dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di
bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum
diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai
pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap
senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses
perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang
sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau
penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar (Sukman, 1991).
Dalam
persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang
berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri.
Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya
senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder
karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme
organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan
perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim
tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan,
macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan
(Odum, 1998).
Menurut Mc.Naughton
and Wolf (1990; 132 ) menyatakan bahwa “Allelopati dapat meningkatkan
agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui
eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang
mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa
spp, dan Acacia mangium, dsb.
Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa
allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan
sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat
respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas
membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim. (Naughton,
1992).
Fenomena
alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan,antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme .Interaksi tersebut
meliputi penghambatan dan pemacuan
secara langsung atau tidak langsung suatu
senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau
mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia
yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia
bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain
(Hay, R.K. M dan Fitter. 1991).
Zat-zat
kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan
penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain
melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau
batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan,
dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis
tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun,
misalnya Adenostena
fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii,
yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum
hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan
nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron
repens (Setyowati, 1999).
Kacang hijau
dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi,
jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu
interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak
hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara,
air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi
tumpang tindih relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya
relung ekologi antara kacang hijau dan Jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan
daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat
diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus
radiates) dan jagung (Zea mays). (Tetelay, 2003)
III.
Metode Praktikum
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Ilmu Gulma, mengenai Allelopathy dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal 26 September 2016, Pukul 16.00 sampai selesai.
Praktikum Ilmu Gulma, mengenai Allelopathy dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal 26 September 2016, Pukul 16.00 sampai selesai.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu waring blender, Kertas filter, kapas, Petridish, Beker gelas 250 ml dan
gelas ukur 100 ml, Gunting, timbangan, Umbi teki, Kacang hijau, Aquadest.
3.3 Cara Kerja
1. Bersihkan
umbi teki dan potong - potonglah
2. Buatlah
estrak umbi teki dengan waring blender, dengan
perbandingan 50 gr umbi teki ditambah air sebanyak 100 ml
3. Saringlah
akstrak tersbut, Hasil saringan dianggap ekstrak berkonsentrasi 100 %
4. Dari
ekstrak tersebut buatlah akstrak dengan
konsentrasi 50 % dan 25 %
5. Berilah
kode masing - masing konsentrasi tersebut dengan K1 = 100 %. K2. = 50 %, K3 =
25 % dan Ko = control / berupa aquades (
0% ).
6. Kecambahkan biji kacang hijau pada petridish dan berilah alas kapas dan
diatasnya dilapisi dengan filter,
Untuk tiap petridish supaya diisi
10 biji masing – masing konsentrasi.
7. Untuk
tiap Petridis supaya diisi 10 biji dan masing - masing konsentrasi di ulang 6
kali.
8. Amati
panjang akar, panjang plumulae dan jumlah biji yang berkecambah tiap -tiap hari selama seminggu.
9. Lakukan
pengujian statistik apakah ada pengaruh
yang nyata dari tiap perlakukan (jumlah biji yang berkecambah, panjang plumulae
dan pajang akar )
III.
Hasil
dan Pembahasan

Dari
praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil berupa benih kacang hijau
berkecambah baik pada kontrol atau tanpa pemberian allelopathy, pada perlakuan
allelopathy 25% dan 50% panjang plumulenya dibawah kontrol dan kedua perlakuan
tersebut hampir sama, serta panjang plumule terpendek yaitu pada perlakuan K1
yaitu dengan pemberian allelopathy 100%.
Ciri
fisik yang tampak yaitu radikal kecambah kacang hijau tanpa perlakuan segar dan
panjang, dan dengan perlakuan tampak layu pendek dan banyak cabang radikalnya,
semakin tinggi konsentrasi allelophaty semakin layu dan semakin banyak cabang
radikalnya.
Hal
tersebut dikarenakan beberapa senyawa
allelopathy menghambat pembelahan sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu
dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar, menghambat
sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya
permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Efek penghambatan bisa terjadi secara
langsung maupun tidak langsun.akan tetapi proses penghambatan yang terjadi di
alam belum bisa diketahui secara pasti.
IV.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum
allelophaty dapat disimpulkan bahwa:
1. Allelophaty
dari rumput teki menghambat perkecambahan suatu benih.
2. Semakin
tinggi konsentrasi allelopathy maka semakin rendah perkecambahan benih kacang
hijau.
3. Allelophaty
mempengaruhi fisiologi dari kecambah kacang hijau.
DAFTAR
PUSTAKA
Hay, R.K. M dan Fitter. 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. Yogyakarta :
Gadjah Mada
University
Press .
Odum, 1998. Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Rineka Cipta
S.J. MC.
Naughton, Larry L. Wolf. 1992. Ekologi
Umum. Yogyakarta: Gajah Universitas
Press
Tetelay, Febian. 2003. Pengaruh
Allelopathy Acacia mangium wild
terhadap Perkecambahan
Benih Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dan Jagung (Zea mays).
(Online). (http://www.
geocities.com/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc. diakses pada tanggal 25 September 2016)
Setyowati
dan Yuniarti (1999). Efikasi allelopati
teki formulasi cairan terhadap gulma.
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesi. (online) (http://www.jurnal@indonesia.co.id, diakses pada tanggal 27 September 2016)
Sukman, Y.,
& Yakub. 1991. Gulma dan Teknik
Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
K0 = kontrol
|
2
|
![]() |
K1= 100 %
|
3
|
![]() |
K2=
50%
|
4
|
![]() |
K3= 25%
|
5
|
![]() |
KO, K1, K2. K3
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar