Minggu, 17 Desember 2017

ALLELOPHATY
I.     Tujuan Praktikum

1.    Untuk mengetahui pengaruh senyawa beracun (allelopath) dari umbi teki ( cyperus rotundus ) pada perkecambahan kacang hijau.

II.  Tinjauan Pustaka
Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar (Sukman, 1991).

Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan (Odum, 1998).

Menurut Mc.Naughton and Wolf (1990; 132 ) menyatakan bahwa “Allelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa spp, dan  Acacia mangium, dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim. (Naughton, 1992).

Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan,antar mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme .Interaksi tersebut meliputi penghambatan dan  pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu  senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme  tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Hay, R.K. M dan Fitter. 1991).

Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya   Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens (Setyowati, 1999).

Kacang hijau dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air  dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kacang hijau dan Jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus radiates) dan jagung (Zea mays). (Tetelay, 2003)


III. Metode Praktikum
3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum Ilmu Gulma, mengenai Allelopathy dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal 26 September 2016, Pukul 16.00 sampai selesai.
3.2  Alat dan Bahan                                                                                        
            Alat  dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu waring blender, Kertas filter, kapas, Petridish, Beker gelas 250 ml dan gelas ukur 100 ml, Gunting, timbangan, Umbi teki, Kacang hijau, Aquadest.


3.3  Cara Kerja
1.      Bersihkan umbi teki dan potong - potonglah
2.      Buatlah estrak umbi teki dengan waring blender, dengan  perbandingan 50 gr umbi teki ditambah air sebanyak 100 ml
3.      Saringlah akstrak tersbut, Hasil saringan dianggap ekstrak berkonsentrasi 100 %
4.      Dari ekstrak tersebut buatlah akstrak dengan  konsentrasi 50 % dan 25 %
5.      Berilah kode masing - masing konsentrasi tersebut dengan K1 = 100 %. K2. = 50 %, K3 = 25 % dan Ko  = control / berupa aquades ( 0% ).
6.      Kecambahkan  biji kacang hijau  pada petridish dan berilah alas kapas dan diatasnya dilapisi dengan filter,
Untuk tiap petridish supaya diisi 10 biji masing – masing konsentrasi.
7.      Untuk tiap Petridis supaya diisi 10 biji dan masing - masing konsentrasi di ulang 6 kali.
8.      Amati panjang akar, panjang plumulae dan jumlah biji yang berkecambah  tiap -tiap hari selama seminggu.
9.      Lakukan pengujian statistik  apakah ada pengaruh yang nyata dari tiap perlakukan (jumlah biji yang berkecambah, panjang plumulae dan pajang akar )


III.             Hasil dan Pembahasan


Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil berupa benih kacang hijau berkecambah baik pada kontrol atau tanpa pemberian allelopathy, pada perlakuan allelopathy 25% dan 50% panjang plumulenya dibawah kontrol dan kedua perlakuan tersebut hampir sama, serta panjang plumule terpendek yaitu pada perlakuan K1 yaitu dengan pemberian allelopathy 100%.
Ciri fisik yang tampak yaitu radikal kecambah kacang hijau tanpa perlakuan segar dan panjang, dan dengan perlakuan tampak layu pendek dan banyak cabang radikalnya, semakin tinggi konsentrasi allelophaty semakin layu dan semakin banyak cabang radikalnya.
Hal tersebut dikarenakan beberapa senyawa allelopathy menghambat pembelahan sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan. Efek penghambatan bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsun.akan tetapi proses penghambatan yang terjadi di alam belum bisa diketahui secara pasti.


IV.             Kesimpulan
Dari hasil praktikum allelophaty dapat disimpulkan bahwa:
1.    Allelophaty dari rumput teki menghambat perkecambahan suatu benih.
2.    Semakin tinggi konsentrasi allelopathy maka semakin rendah perkecambahan benih kacang hijau.
3.    Allelophaty mempengaruhi fisiologi dari kecambah kacang hijau.

















DAFTAR PUSTAKA

Hay, R.K. M dan Fitter. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta :  Gadjah Mada
University Press .

Odum, 1998. Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Rineka Cipta

S.J. MC. Naughton, Larry L. Wolf. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah Universitas
Press

Tetelay, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia mangium wild terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) dan Jagung (Zea mays). (Online). (http://www. geocities.com/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc. diakses pada tanggal 25 September 2016)

Setyowati dan Yuniarti (1999). Efikasi allelopati teki formulasi cairan terhadap gulma.
            Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesi. (online) (http://www.jurnal@indonesia.co.id, diakses pada tanggal 27 September 2016)

Sukman, Y., & Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers















No
Gambar
Keterangan
1

K0 = kontrol
2

K1= 100 %
3

K2=  50%
4

K3= 25%
5

KO, K1, K2. K3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar