DORMANSI
I. Tujuan Paktikum
1. Mahasiswa
memahami berbagai sifat dormansi pada biji gulma
II. Tinjauan Pustaka
Benih
dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah
memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada benih berlangsung
selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada
jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).
Dormansi
merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat mengatasi
lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Terdapat
berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan
kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro karena
kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya (misalnya
pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa). Benih yang mengalami
dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan
perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993).
Substansi
yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi, dimana dormansi biji
prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan kemampuan besar. Pada beberapa
benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob memerlukan energi untuk
pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi disuplai dalam bentuk
respirasi anaerob (Stern dkk, 2004).
Dormansi
dapat diatasi dengan perlakuan – perlakuan ; pemarutan atau penggoresan (
skarifikasi ) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores
kulit benih agar dapat dilalui air dan udara ; melemaskan kulit benih dari
sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang disumbat dan secara
periodik mengguncang – guncangnya ; stratifikasi terhadap benih dengan suhu
rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan penggunaan zat kimia. (
Kartasapoetra, 2003 ).
Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh:
1. Struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gulma, perikarp, dan membran yang mempersulit keluar masuknya air dan udara.
2. Kelainan fisiologis pada embrio.
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya.
4. Gabungan dari faktor-faktor di atas (Justice dan Bass, 1990).
1. Struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gulma, perikarp, dan membran yang mempersulit keluar masuknya air dan udara.
2. Kelainan fisiologis pada embrio.
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya.
4. Gabungan dari faktor-faktor di atas (Justice dan Bass, 1990).
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004),
pada dasarnya dormansi dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum
dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Benih yang cepat
berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang
sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat
pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.
Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih
masak, tetapi mulai lagi pada perkecambahan. Benih membutuhkan air untuk
berkecambah, oksigen, dan temperatur dimana suhunya antara 5o – 45oC.
Benih yang berkecambah memerlukan tiga faktor yang dibuat perkecambahan masak.
Benih yang baru saja dipanen, walaupun tidak mengalami perkecambahan, tetapi
memasuki tahap dormansi dan gagal merespon kondisi berkecambah.
Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan
dormansi dan yang paling lazim adalah istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak
istilah yang menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif),
misalnya primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan
pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni
endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di bidang
pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan
bahan berlilin) yang kadang mengahalangi masuknya air / asam pekat (Salisbury
dan Ross, 1992).
Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji
dan organ tumbuhan lainnya seperti tunas, rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang menyebabkan
dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam:
a. Faktor lingkungan
eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air,
b. Faktor internal,
seperti kulit biji, kematangan embrio,
c. Faktor waktu,
seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor.
Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan
merendahkan suhu penyimpanan. Pada penelitiannya dengan menggunakan benih
barley, oats, dan sorghum yang berbeda-beda. Brown mendapatkan bahwa dormansi
pada hampir semua kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan
menyimpannya pada suhu 40o C. Robert mendapatkan bahwa dormansi pada
beberapa kultivar Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu 100 hari untuk
mematahkan 50% benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull mematahkan dormansi
pada benih kacang tanah jalar Florida dengan menyimpannya pada suhu 20o
– 25o C dan 40o C. Justice mendapatkan bahwa satu-satunya
cara mematahkan dormansi benih Cyperus
rotundus adalah dengan menempatkannya pada lapisan basah pada suhu 40o
C selama tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).
III.
Metode
Praktikum
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum
Ilmu Gulma, mengenai Dormansi dilaksanakan di Halaman Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Tidar, Magelang. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, 26
Oktober 2016 pukul 16.00 WIB sampai selesai.
3.2 Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum Dormansi adalah Lapisan tanah kedalaman 0-15 cm,
Lapisan tanah kedalaman 50 cm, Lapisan
tanah kedalaman 75 cm, Bak pengecambahan, Air, Alat tulis.
3.3 Cara
Kerja
1
Ambilah tanah secukupnya dari lahan yang
banyak gulmanya
2
Tanah diambil dari lapisan tanah 0-15
cm, 50 cm, 75 cm
2
Tanah dikeringanginkan
3
Tanah yang sudah kering angin kemudian
dikecambahkan pada bak perkecambahan
4
Ketebalan tanah yang dikecambahkan pada
bak perkecambahan setebal 5-8 cm
5
Jaga kelembaban tanah agar biji gulma
yang terkandung dalam tanah bisa berkecambah
6
Amati setiap hari sampai 2 minggu
7
Catat biji gulma yang berkecambah setiap
hari apa nama spesies gulmanya dan berapa jumlah individu setiap spesiesnya.
IV.
Hasil
dan Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Pengamatan Dormansi Primer :Jumlah Kecambah yang Muncul
No
|
Lapisan
tanah
|
Jenis
gulma
|
Hari
pengamatan
|
Rata –
rata
|
||||||
2
|
3
|
4
|
5
|
8
|
9
|
10
|
||||
1
|
10 cm
|
Amaranthus
sp
|
0
|
1
|
3
|
5
|
7
|
7
|
9
|
1,28
|
|
Cyperus
kyllingia
|
0
|
0
|
1
|
2
|
2
|
3
|
4
|
0,57
|
|
2
|
20 cm
|
Imperata cylindrica
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
2
|
3
|
0,4
|
|
Amaranthus sp
|
0
|
0
|
2
|
2
|
3
|
4
|
5
|
0,7
|
|
3
|
30 cm
|
Imperata cylindrica
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0,28
|
|
Cyperus
kyllingia
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Dormansi adalah tahap istirahat bagi benih dan
merupakan mekanisme benih untuk bertahan hidup guna mencegah agar benih tidak
berkecambah saat kondisi tidak memungkinkan untuk bertahan hidup. Dormansinya
bersifat innate,induced atau enforced.
a. Innate Dormansi
Dormansi innate
menghambat perkecambahan pada saat benih terlepas dari tanaman.
Setelah benih terpisah dari tanaman induknya, maka dibutuhkan waktu agar
embrio yang belum matang bisa berkembang, sehingga penghambat alami agar benih
bisa terlepas, atau perbedaan suhu yang ekstrim dapat memecah lapisan
kulit benih yang keras sehingga memungkinkan benih berkecambah.
b. Induced Dormansi
Induced dormansi
adalah dormansi sementara yang terjadi saat benih mendapatkan suhu panas
atau dingin atau dalam kondisi lingkungan lainnya. Hal ini terus berlanjut
setelah lingkungan mengalami perubahan dan mencegah perkecambahan pada waktu
yang salah. Seringkali dibutuhkan masa bagi benih untuk berkecambah setelah
masak. Embrionya mungkin sudah berkembang sempurna tapi benih tidak akan berkecambah
meskipun lapisan kulitnya sudah mengelupas sehingga bisa menyerap air dan
oksigen dengan mudah. Ada tidaknya cahaya tidak berpengaruh sama sekali.
Terkadang suhu yang sejuk selama beberapa bulan akan mengakhiri masa dormansi
ini. Suhu panas mungkin bisa merangsang terjadinya dormansi pada tanaman musim
panas seperti Setaria pumila dan Amaranthus spp. Hal ini dapat mencegah
benih agar tidak berkecambah di musim gugur. Suhu dingin selama musim gugur dan
musim dingin akan menghentikan masa dormansi ini sehingga benih bisa
berkecambah dimusim semi saat kondisinya benar-benar tepat. Proses ini terjadi
secara terbalik pada tanaman tahunan musim dingin.
c. Dormansi
Paksaan (enforced)
Terjadi karena faktor lingkungan (kelembaban, cahaya,
oksigen) kurang menguntungkan dan segera berkecambah jika lingkungan
menguntungkan.
Dormansi dibagi menjadi :
1. Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang
menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang
keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau
gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji
terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut
benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, Malvaceae, Solanaceae,
di sini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri
dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama
dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam
selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat
pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat
membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji
terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap
berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk
menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan
tumbuh dengan segera, tipe dormansi ini biasanya dijumpai pada beberapa species
gulma seperti Amaranthus sp. Pada
tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan
oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit
biji tersebut.
c. Adanya zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam
buah atau benih yang mencegah perkecambahan. Penghambat perkecambahn terdapat
dibeberapa tempat dalam buah atau biji. Zat penghambat yang paling sering
dijumpai ditemukan dalam daging buah.
2. Dormasi fisiologis (embrio)
Pada tipe dormasi ini penyebabnya ada dalam benih yang
dibedakan atas morfologi dan fisiologi.
a. Morfologi
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna
pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu
tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini
berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung
jenis benih. Benih dengan embrio yang belum sempurna dijumpai contohnya pada Aracaceae
(palm) dan Ginko biloba.
b. Fisiologis (ketidakmasakan
embrio)
Benih-benih dengan tipe dormansi secara fisiologis
belum masak, artinya belum mampu membentuk zat yang diperlukan untuk
perkecambahan, misalnya zat tumbuh seperti giberallin, dapat juga zat tumbuh
telah ada tetapi tidak aktif karena adanya hambatan yang berupa zat –zat
penghambat. Ada juga dijumpai tanaman tertentu yang mempunyai biji dimana
perkembangan embrionya tidak secepat jaringan disekelilingnya sehingga
perkecambahan dari benih-benih demikian perlu ditunda.
Pada praktikum ini, berdasarkan
pengamatan dormansi primer dapat dilihat bahwa rata-rata persentase
perkecambahan benih pada kedalaman 15
cm Amaranthus sp memiliki nilai rata-rata 1,28 dan Cyperus kyllingia 0,57. Pada kedalaman 50
cm Imperata cylindrica rata-ratanya
0,4 dan Amaranthus sp 0,7. Pada kedalaman 75 cm Imperata cylindrica
rata-rata 0,28. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa benih Amaranthus sp memiliki dormansi paling lama.
faktor yang menghambat perkecambahan biji gulma antara
lain :
1. Cahaya
Ada beberapa jenis gulma dapat
berkecambah bila ada cahaya (Poa sp,
Rumex sp, Verbascum sp, dan Ranunculus sp), berkecambah bila tidak ada
cahaya (Lilium sp), dan berkecambah
baik ada atau tidak ada cahaya (Tritivum
sp, Avena sp, dan Hordeum sp). Pengaruh cahaya ini juga berkaitan dengan
pengaruh kedalaman tanah. Semakin dalam biji gulma berada, maka persentase
perkecambahan semakin rendah. Sebaliknya, semakin dangkal biji gulma berada,
maka persentasi perkecambahan semakin tinggi.
2. Suhu
Gulma tidak akan berkecambah pada
suhu yang tidak cocok. Semakin tinggi suhu, maka persentase perkecambahan
semakin tinggi. Namun ada beberapa jenis gulma memiliki suhu optimum untuk
perkecambahannya, seperti Echinochloa
crussgali yang memiliki suhu optimum sekitar 65-80 0F.
3. Kadar Air
Gulma tidak akan tumbuh bila
kekurangan atau kelebihan air. Apabila gulma kekurangan air, maka gulma akan
kekeringan dan akan layu. Sebaliknya, apabila gulma kelebihan air, maka biji
gulma tersebut akan busuk dan akan menimbulkan munculnya jamur.
4. Adanya dormansi
biji gulma.
Biji gulma tidak akan berkecambah bila masih dalam
kondisi dormansi yang lama.
Keuntungan
dari adanya dormansi gulma ini adalah sebagai berikut :
1. Menekan pertumbuhan gulma.
2. Mengurangi penutupan suatu areal
akibat gulma.
3. Untuk menentukan jenis herbisida
yang digunakan dalam pengendalian gulma.
4. Mengurangi kerugian produksi
akibat gulma.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dormansi biji
gulma dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu innate
doemansi, induced dormansi, dan enforced dormansi.
2. Dormansi biji
yang paling lama yaitu Amaranthus sp dengan
rata-rata persentase perkecambahan yaitu 0,7 %.
4. Perkecambahan
biji gulma dipengaruhi oleh cahaya, suhu, kadar air, dan karena adanya dormansi
biji gulma.
5. Keuntungan
adanya dormansi biji gulma yang utama adalah mengurangi penutupan areal atau
lahan akibat gulma.
DAFTAR PUSTAKA
Justice, O.L
dan L.N. Bass., 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali
Press, Jakarta
Kartasapoetra,
A. G. 2003. Teknologi Benih ( Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum ). PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih.
Grasindo, Jakarta
Salisbury, F.
B and Ross, C. W. 1995. Plant Physiology. CBS Publishers and Distributors. India.
Stern, K.R.,
S. Jansky, J.E. Bidlack., 2004. Introdution Plant Biology. McGraw-Hill
Book Company Inc, London
Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. Penerbit
Rajawali, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar